PayPal

Sabtu, 17 Agustus 2013

Naik Kereta Api dengan Harga Spesial Promo Lebaran

Berawal dari munculnya tiket promo lebaran yang diluncurkan oleh PT. KAI (Kereta Api Indonesia) di musim lebaran tahun 2013 ini, gue langsung deh berburu tiket promonya. Harganya sangat murah sob, cuma Rp. 10.000 untuk berbagai tujuan di Indonesia. Bukan cuma itu, tiket promonya pun tersedia untuk semua kelas. Mulai dari kelas ekonomi, bisnis, dan bahkan eksekutif, semuanya kebagian sob.

Karena tiket Harina dari Cikampek ke Bandung gak ada promo (keberangkatan tanggal 17 Agustus 2013), gue langsung pesen dulu tiket yang ke Tasikmalaya-nya (sekalian nunggu tiket promo Harina). Gue pesen 2 tiket via website PT. KAI di http://www.kereta-api.co.id. 1 untuk gue, dan yang 1 lagi buat gue sendiri. Kebetulan keponakan gue harus balik lagi ke pesantren tempat dia belajar sebelum tanggal 19 Agustus 2013. Setelah pesan, gue pun langsung melakukan pembayarannya di Alfamart.

Tapi, gue lupa kalau hari sabtu (17 Agustus 2013) gue tuh pulang kerjanya pagi. Ya, apa mau dikata, gue kan udah bayar tiketnya. Satu hal yang perlu diketahui, tiket promonya gak bisa dikembaliin. Mau berangkat atau kagak, tuh tiket gak bisa dituker dengan uang (kalau batal). Tapi ya udah lah, toh cuma Rp. 20.000 ini (2 tiket) ditambah biaya administrasi Rp. 7.500.

Karena gue pengen banget ngerasain naik kereta eksekutif (maklum, belum pernah naik), gue nyoba nyari tiket promo Harina buat tanggal 17 dan 18 Agustus 2013 dengan tujuan Bandung-Cikampek. Sementara itu ke Bandungnya gue berencana naik Argo Parahyangan dengan tujuan akhir Bandung dari stasiun Purwakarta. Tapi, gue belum bisa pastiin jadi pergi atau enggak. Yang jelas, gue gak berani beli tiket kereta Argo Parahyangan dari Purwakarta ke Bandung dengan terburu-buru. Makannya, gu cek secara berkala ketersediaan tiketnya di http://www.tiketkai.com.

Sepulang kerja iseng-iseng buka website http://www.tiketkai.com. Di sana gue coba cari tiket kereta tujuan dari Tasik ke Cikampek. Gue sendiri  nyarinya tiket terusan Tasikmalaya-Bandung dan dilanjutkan dengan Bandung-Cikampek. Sebenarnya dari Tasikmalaya ada juga kereta Serayu tujuan Kroya-Jakarta. Tapi, keretanya cuma kelas ekonomi AC dan juga gak berhenti di Cikampek. Secara, gue maunya naik yang eksekutif. Bukan maksud sombong sih, tapi gue ogah berdesakan dalam kereta.

Setelah coba nyari-nyari, akhirnya gue nemu tiket kereta Argo Wilis yang harganya cukup murah, yaitu cuma Rp. 85.000 dengan kelas eksekutif dari Tasikmalaya menuju Bandung dengan keberangkatan tanggal 18 Agustus 2013 (di infonya tersisa 2 tiket). Setelah itu, dilanjutkan dengan kereta Harina (tiketnya udah punya untuk keberangkatan tanggal 18 Agustus 2013). Nah, sontak gue langsung buru-buru nelpon ke 121 buat pesen tiket kereta Argo Wilis dari Tasikmalaya menuju Bandung biar gak kehabisan tiket.

Saat gue nelpon ke 121, untung aja tiket kereta Argo Wilis yang harganya Rp. 85.000 itu masih tersisa 1. Langsung deh gue minta di-booking-in tiketnya ke petugas Customer Service-nya. Sialnya lagi, waktu itu gue ada di rumah kakak gue dan gue gak bawa KTP buat verifikasi datanya. Sontak gue langsung mohon-mohon ke petugasnya buat nunggu beberapa menit karena jarak rumah gue sama kakak ke-6 gue sekitar 500 meteran. Dengan sabarnya si mbak-nya mau nunggu. Sungguh pelayanan yang sangat baik. Setelah itu, gue langsung bayar deh di Alfamart.

Hari ini adalah hari dimana gue naik kereta api dengan kelas eksekutif untuk yang pertama kalinya.Gue berangkat dari stasiun Tasikmalaya. Kereta yang pertama gue naikin adalah kereta Argo Wilis. Jadwal keberangkatannya adalah pukul 16.09 WIB. Akan tetapi, keretanya telat hingga 20 menit dan baru berangkat sekitar pukul 16.30 WIB. Tapi, gue bersyukur juga keretanya telat. Gue juga sebenarnya rada telat datang ke stasiunnya.

Gue duduk di gerbong 2 deket jendela. Pintu penghubung antara gerbong 1 ke gerbong lainnya pun dengan menekan tombol (tanpa harus digeser). Di situ, gue bisa liat pemandangan pegunungan yang indah sejauh mata memandang. Ditambah lagi dengan bayangan senja sore yang kekuningan yang memancar ke arah gunung. Pokoknya indah banget deh.

Gak lama perut mulai keroncongan dan minta diisi. Gue pun langsung menuju ke gerbong makan dan pesan makanan di sana. Gue pesen sapi lada hitam (RP. 30.000) dan kopi susu (10.000). Alhamdulillah berasa nikmatnya makan di atas kereta sambil menikmati pemandangan yang indah. Setelah bayar tagihannya, gue pun kembali ke tempat duduk gue.

Setelah gue balik ke tempat duduk gue, gue langsung menikmati tontonan KA TV (channel khusus di kereta api). Gue disuguhin film berjudul "IN TIME" yang diperanin sama Justin Timberlake. Filmnya jadi ngingetin gue ke kata "Just In Time" yang sering digaungkan di perusahaan tempat gue kerja. Gue nonton tuh film ampe kelar. Seru juga sih filmnya.

Tak lama kemudian, tibalah gue di stasiun Bandung. Keretanya telat lebih dari 30 menit. Tak apalah, toh kereta Harina yang nanti saya bakal naikin menuju Cikampek juga berangkatnya juga pukul 20.45 WIB. Sesampainya di stasiun Bandung, gue langsung menuju ke tempat verifikasi data (kalo di bandara kayak semacam Counter Check-in gitu deh). Setelah dicap stempel, gue langsung nunggu keretanya buat boarding. Tak lama kemudian, keretanya mualai boarding dan seketika itu gue langsung masuk ke dalam kereta.

Ternyata, gue salah tempat duduk. Kirain di gerbong 2, padahal di gerbong 1. Soalnya gue salah lihat no gerbong (malahan lihat tike kereta Argo Wilis yang baru saja gue naikin). Tak lama kemudian, kereta pun mulai berangkat. Sayangnya, kali ini gue gak bisa lihat pemandangan pegunungan karena sudah malam. Yang ada hanya melihat serangkaian lampu-lampu di sepanjang jalur kereta api.

Tak lama kemudian, samapailah di kota Purwakarta (transit). Stasiun Purwakarta dipenuhi hiasan lampion yang indah (sebelumnya ada festival budaya Asean yang digelar di Purwakarta beberapa waktu lalu). Tak lama kemudian, kereta pun diberangkatkan kembali dan akhirnya, tibalah di stasiun Cikampek. Setelah itu, gue langsug turun dari kereta dan naik kendaraan umum menuju ke rumah gue.

Pokoknya, pengalamannya benar-benar seru abissss........

Minggu, 21 Juli 2013

Pengalaman Pertama Naik Kereta Api

Hye sob, kali ini gue mau ceritain pengalaman pertama gue naik kereta api. Semoga kalian gak bosen baca cerita gue ini ya!

Saat gue bertandang ke rumah kakak ke-6 gue di Awipari Tasikmalaya beberapa waktu lalu, dia sempet nyeritain kalau sekarang tiket kereta bisa dipesan di stasiun Awipari yang jaraknya cuma beberapa meter dari rumah kakak gue yang 1 komplek sama Pondok Pesantren Al-Khoeriyah Awipari, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Mendengar kakak gue cerita tentang kereta, gue malah penasaran poengen naik kereta. Akhirnya gue minta kakak gue buat nanya-nanya ke petugas stasiun kereta api Awipari mengenai harga tiket dari Awipari menuju ke Cikampek. Itupun mesti diingetin dulu via telepon biar dia inget buat nanya ke petugasnya. Secara, gue kan tinggal di Karawang.

Daripada gue harus nunggu lama info dari kakak gue, lebih baik gue cari aja infonya di internet. Gue sempet browsing dan nyari website resmi PT. Kereta Api Indonesia karena gue sendiri gak tahu website resminya apa. Setelah nemu websitenya akhirnya gue klik tuh website. Website resminya itu adalah http://www.kereta-api.co.id. Sempet kecewa sih.... gara-garanya gak ada rute Awipari-Cikampek (gak ada yang transit di kedua stasiun tersebut. Yang ada cuma Tasik kota dan turun di Purwakarta. Itu juga naiknya kereta jurusan Kroya-Jakarta.

Minggu, 10 Juli 2013.
Hari itu adalah hari di mana gue main ke rumah kakak ke-5 gue. Di sana juga ada keponakan gue yang lagi liburan di sini (Karawang). Nah, kebetulan dia gak ada yang nganterin balik lagi ke Tasik, akhirnya kakak gue minta gue buat nganterin keponakan gue balik ke Pondok Pesantren Al-Khoeriyah Awipari Tasikmalaya. Sontak gue bilang setuju sekalian pengen nyoba naik kereta pas pulangnya.

Kamis, 11 Juli 2013.
Sepulang kerja malam (pulang pagi), gue nelpon 121 buat pesen tiket dari Tasikmalaya ke Purwakarta (keretanya gak transit di Cikampek). Akhirnya gue dikasih kode pembayarannya sama petugasnya. Pembayarannya pun hanya berjarak sekitar beberapa jam dari waktu pemesanan. Akhirnya gue langsung meluncur ke ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Tapi sayang yah, bank tempat gue nabung gak mendukung fasilitas pembayaran tiket kereta api.

Setelah gagal melakukan pembayaran di ATM, akhirnya gue meluncur ke kantor pos buat melakukan pembayaran tiketnya. Kali ini gue mampir ke kantor pos di Purwasari yang jaraknya gak jauh-jauh amat dari rumah gue. Biasanya gue ke kantor pos Cikampek. Nah, di sana gue disambut sama petugas yang ramah dan welcome banget. Langsung deh gue kasih tau tujuan gue ke kantor pos tersebut. Terus, gue kasih juga nomor verifikasi pemesanan tiket keretanya.

Setelah melakukan pembayaran, akhirnya dicetaklah tuh bukti pembayarannya. Sebelum diserahin ke gue, dia cek dulu resinya sekalian dia pengen tahu kayak apa sih bukti pemesanan tiket kereta api itu. Mungkin, itu juga pertama kalinya bagi petugas tersebut melayani pelanggan yang melakukan pembayaran tiket kereta. Dia juga sempet tanya-tanya ke gue gitu. Setelah selesai, akhirnya gue langsung pulang.

Sabtu, 13 Juli 2013.
Hari ini gue nganter keponakan gue buat balik ke Tasikmalaya. Sepulang kerja (pulang pagi), gue langsung bergegas pergi meskipun dalam keadaan ngantuk berat. Setelah itu, tibalah gue di rest area KM57 dengan diantar kakak gue naik motor terpisah dengan keponakan gue yang diantar oleh kakak ipar gue. Kebetulan, rest area KM57 itu merupakan shelter bis ke beberapa tujuan (arah timur).

Tak lama kemudian, datanglah bis tujuan kota Tasikmalaya dengan kelas Eksekutif. Bis yang kami naiki berangkat sekitar pukul 10.00WIB.  Sayangnya, bisnya gak ada bantalnya. Padahal biasanya ada. Bisnya hanya diisi oleh beberapa penumpang saja. Karena banyak bangku yang kosong, keponakan gue pun duduk sendiri. Perjalanannya pun terbilang cukup lancar dan hampir tidak ada hambatan. Hanya saja bisnya sempat berhenti agak lama di tempat istirahatnya. Kami tiba di Kota Tasikmalaya sekitar pukul 02.30.

Sesampainya di Pool bis yang kami naiki, kami langsung melanjutkan perjalanan ke stasiun Awipari, Tasikmalaya, dengan menggunakan angkutan kota. Untuk sampai ke Awipari, kami harus naik angkutan kota sebanya dua kali. Yang pertama, kami naik angkutan kota no. 05 tujuan Terminal Pancasila. Setelah itu, kami lanjutkan dengan naik angkutan no. 01 dengan tujuan terakhir Terminal Cibeureum. Tak lama kemudian, tibalah kami di Pondok Pesantren Al-Khoeriyah, Awipari, Tasikmalaya.

Sesampainya di sana, kami langsung bergegas ke rumah kakak ipar gue yang rumahnya tepat di depan Masjid Jamie Al-Khoeriyah, Awipari, Tasikmalaya. Gue pun langsung disambut sama kakak ke-6 gue dan keponakan-keponakan gue (anak dari kakak gue). Gue pun akhirnya nginep di sana.

Minggu, 14 Juli 2013.
Tepat pukul 03.00 dini hari, kakak gue bangunin gue buat sahur. Gue paksain nih mata buat melek meskipun agak ngantuk dan capek setelah perjalanan kemarin. Setelah selesai sahur dan sholat subuh, gue pun langsung tidur kembali karena masih ngantuk. Tapi, gue harus bangun pagi-pagi karena kakak gue ngajakin gue ke Dadaha sebelum gue pulang ke Karawang.

Tepat pukul 06.30 WIB, gue pun kebangun. Tapi ternyata, kakak gue masih tidur. Gak enak dong kalo gue bangunin dia buat ngajakin gue ke Dadaha. Akhirnya, gue juga malah malas-malasan di tempat tidur. Gak lama kemudian, gue pun langsung mandi. Setelah selesai mandi, ternyata waktu menunjukan pukul 09.00 WIB.

Setelah selesai mandi, gue pun langsung packing buat pulang (ke Dadaha-nya gak jadi). Gue pun langsung bergegas untuk pergi ke stasiun kota Tasikmalaya buat nukerin resi pembayaran tiket dengan tiket yang aslinya. Meskipun ada stasiun Awipari di seberang jalan, tapi di situ bukanlah tempat transit kereta yang gue naiki. Jadwal kereta gue itu berangkat pukul 11.20 WIB. Tapi, gue harus verifikasi dan nukerin tiket maksimal 1 jam sebelum keberangkatan.

Selesai packing, ternyata mobil yang mau di pakai buat nganterin gue ke stasiun lagi dipake sama keluarga kakak ipar gue buat pergi ke Dadaha. Terpaksa deh gue harus naik sepeda motor buat ke stasiun-nya dengan diantar kaka ipar gue. Sesampainya di stasiun, gue langsung nukerin resinya ke tiket asli dan melakukan verifikasi ke petugasnya. Terus, gue langsung tunggu keretanya.

Selagi nunggu keretanya datang, ternyata kakak ke-6 gue juga nyusul naik angkot ke stasiun. Terus, kakak ipar gue jemput kakak gue di gang yang menuju ke arah stasiun kota Tasikmalaya. Kebetulan stasiunnya juga gak terlalu jauh-jauh amat dari Awipari. Sesampainya di sana, kakak gue langsung duduk nungguin keberangkatan gue.

Tepat pukul 11.10 WIB, bel di Stasiun pun berbunyi menandakan ada kereta yang akan tiba di stasiun tersebut. Tak lama kemudian, kereta gue pun datang. Akhirnya, gue pun langsung pamit ke kakak gue dan kakak ipar gue, serta keponakan gue. Gue pun langsung nanya ke petugasnya mengenai gerbong kereta gue. Di tulisannya sih K3-2, cuman gue gak ngerti masalah kayak gituan (soalnya baru pertama kali naik kereta). Ternyata gue itu duduk di gerbong ke-2 dari depan atau ke-3 jika dihitung dengan lokomotifnya.

Di tiket kereta gue, tertulis kalo gue duduk di bangku nomor 8E (dekat jendela).  Akan tetapi, di situ ada seorang perempuan yang tengah tertidur lelap yang kayaknya duduk di bangku 8D (sebelah gue). Akhirnya, gue terpaksa duduk di 8D yang posisinya di bagian dalam (gak dekat jendela). Padahal, gue tuh pengen banget lihat pemandangan pegunungan dari dalam kereta. Tapi, ya udahlah! Gue kan harus ngalah sama perempuan. Toh dia juga gak maksud buat duduk di situ.

Kereta yang gue naiki adalah kereta Serayu pagi (jadwalnya emang pagi). Kelasnya hanya tersedia kelas AC Ekonomi. Sebenarnya kereta ini dulunya adalah kelas Ekonomi, namun ada penambahan AC (Air Conditioner) batangan di dalamnya. Meskipun begitu, kaca jendelanya masih bisa dibuka karena belum dipatenkan.

Di beberapa stasiun, masih saja ada pedagang yang lalu lalang masuk ke dalam kereta api. Padahal, mereka itu sebenarnya dilarang berjualan di dalam kereta. Boleh dibilang sih, dulu pedagang asongan itu banyak banget yang jualan di dalam kereta (tanpa bayar tiket) alias gretongan. Selain mengganggu ketertiban dan kenyamanan penumpang, hal itu juga tentu bisa merugikan PT. KAI (Kereta Api Indonesia).

Nah, ada hal unik yang dilakukan oleh salah seorang pedagang perempuan yang usianya kira-kira separuh baya. Dia berjualan di dalam kereta Serayu yang gue naiki dengan cara bayar tiket. Boleh dibilang sih dia adalah satu-satunya pedagang asongan yang ada di dalam kereta Serayu ini. Mungkin itu juga salah satu trik dia supaya gak diusir keluar kereta. Saat ada pemeriksaan pun dia bisa menunjukkan tiketnya. Salut dah buat ibu yang satu ini!

Oh iya, perempuan tersebut juga sempat bercerita kepada penumpang lain mengenai alasan dia berjualan di dalam kereta dengan membayar tiket penuh. Keuntungan yang dia dapat ternyata lebih besar dari harga tiket yang harus dia bayar. Apalagi, dia itu satu-satunya pedagang asongan yang jualan di dalam kereta Serayu saat kereta berjalan. Sementara pedagang lain, hanya ketika kereta transit saja. Soalnya ada larangan juga dari petugasnya. Kebayang kan keuntungan yang dia dapet itu berapa??!!!

Tepat pukul 11.20 WIB, kereta pun mulai berangkat. Di perjalanan, gue disuguhi keindahan kuasa illahi yang belum pernah gue lihat sebelumnya karena ini pertama kalinya gue naik kereta api. Jalur keretanya pun melewati pegunungan yang tidak terlalu ramai dengan bangunan-bangunan seperti di perkotaan. Pokoknya indah banget deh dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Kereta yang gue naiki terdiri dari 5 gerbong (tidak termasuk lokomotif). Gerbong ke-1,2,4, dan 5 adalah gerbong penumpang, sedangkan gerbong ke-3 adalah gerbong restaurant. Meskipun ada gerbong restaurant, orang-orang lebih milih makan di tempat duduk mereka karena ada pelayan yang selalu stand-by buat melayani mereka.

Gue juga penasaran sih! Pengen tahu rasanya makanan di kereta Serayu yang gue naiki ini. Dengan berat hati, gue terpaksa membatalkan puasa gue hanya demi merasakan makanan di kereta Serayu ini. Mungkin ini adalah hal yang paling konyol yang pernah gue lakuin. Tapi, gue harap Allah mau maafin gue. Gue pun akhirnya pergi ke gerbong restaurant buat pesen makanan. Kalo gue pesen di tempat duduk gue, gue merasa gak enak sama penumpang lain yang lagi puasa. Gue juga kan respect mereka.

Sesampainya di gerbong restaurant, gue langsung pesen makanan dan minuman. Kali ini gue pesen menu makanan nasi goreng dan mie goreng, serta minumannya yaitu susu hangat. Harganya pun cukup terjangkau. Harga makanannya hanya Rp. 10.000, sedangkan minumannya hanya Rp. 5.000. Rasanya juga sangat enak. Setelah makan, akhirnya gue balik lagi ke tempat duduk gue.

Saat melewati Pegunungan di Bandung dan kawasan Cipularang, gue sempat memotret beberapa gambar dari balik pintu kereta dan ngeksis dikit di dalam kereta. Hehe...! Pemandangan yang disuguhkan terlihat sangat indah dan masih jauh dari keramaian. Dan bahkan, ada salah satu celah tebing yang mirip kayak scene di film Jurassic Park III (adegan saat Eric melepas parasutnya dari boat dan melayang diantara celah bukit yang indah).

Oh iya, kereta juga sempat melewati terowongan Sasaksaat yang panjang dan gelap (949M). Terowongan tersebut merupakan terowongan yang membelah bukit Cidepong. Meskipun begitu, banyak juga jalur kereta yang harus memutari bukit (bukan membelah bukit). Hal itulah yang membuat perjalanan kereta ini sedikit lebih memakan waktu. Coba deh kalian amati lintasan kereta di samping kiri dan kanan tol Cipularang. Kalian pasti bakalan ngerti maksud gue.

Pukul 03.05WIB (sesuai jadwal), tibalah gue di stasiun kereta api Purwakarta. Di sana gue langsung turun dan menunggu KRD (Kereta Diesel) untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta api Cikampek. Karena, kereta Serayu itu gak transit di stasiun Cikampek. Gue pun harus nunggu lebih dari 1 jam karena keretanya baru berangkat sekitar pukul 16.30 WIB. Loketnya pun baru dibuka sekitar pukul 16.15 WIB.

Saat loket dibuka, semua orang langsung berebut mengantri supaya dapat tempat duduk di dalam kereta (gak ada pengaturan tempat duduk). Harga tiketnya pun terbilang murah. Untuk tujuan Purwakarta-Cikampek saja harganya cuma Rp. 2.500. Setelah membeli tiket kereta, gue pun langsung masuk ke dalam kereta. Kereta KRD yang saya naiki kali ini sempat delay beberapa menit. Gara-garanya sih lokomotif dan gerbong barangnya harus dipindah dulu (dari depan ke belakang). Setelah delay beberapa menit, keretanya pun akhirnya berangkat juga.

Di perjalanan, kami pun disuguhi pemandangan yang indah. Bedanya, kali ini kebanyakan udah bercampur sama bangunan-bangunan yang sedikit mengganggu keindahan hijaunya alam ini. Keretanya pun ternyata bisa berhenti di mana saja (tidak selalu di stasiun). Tapi, berhentinya hanya di tempat tertentu saja yang biasanya banyak yang turun di situ.

Tak lama kemudian, kereta pun tiba dan berhenti di stasiun Cikampek (lupa jam berapa tibanya). Gue pun langsung turun dan berjalan mencari angkutan umum. Setelah itu, gue pun langsung meluncur pulang ke rumah dan tiba di rumah tepat dengan waktu maghrib tiba.

Note:
Pengalaman ini merupakan pengalaman yang mengesankan bagi gue karena ini pertama kalinya gue naik kereta meskipun gue sendiri kurang puas (karena gak dapat kelas Eksekutif), dan keretanya gak transit di Cikampek. Perjalanannya pun lumayan lama, bahkan lebih lama dari naik bis dalam keadaan lancar. Soalnya, gue harus naik turun kereta 2 kali karena gak ada yang transit di Cikampek. Tapi, gue salut deh sama pelayanan PT. KAI yang sangat memuaskan.

Semoga cerita ini gak ngebosenin bagi kalian yang udah membacanya. Atas perhatiannya, gue ucapin terima banyak terima kasih.


Sabtu, 20 April 2013

Pengadilan di Lampu Merah

Sorry kalo postingan ini agak rancu dan menyudutkan. Tapi ini benar-benar kisah nyata.

Kali ini gue mau nyeritain pengalaman gue waktu kena tilang di lampu merah Klari-Karawang. Ceritanya berawal saat gue pulang kerja dan driver motor gue gak pake helm. Sebenarnya sih ini kesalahan gue juga  gara-gara gak dengerin kata-kata emak gue. Malamnya, sebelum gue berangkat kerja, gue emang disuruh pake helm sama emak gue. Emang sih malem itu gue nolak bawa helm. Padahal, setiap hari gue selalu pake helm kalo berangkat kerja naik motor (pake ojek pribadi). Cuman malem itu gak tau kenapa gue malah nolak permintan emak gue.

Setelah semalaman bekerja, akhirnya ojek gue jemput gue pulang dari pabrik tempat gue kerja.Sebenarnya sih ojek gue yang tak lain adalah sodara gue pake helm. Tapi, helmnya malah dikasih ke gue buat dipake gara-gara dia gak nyaman pake helmnya. Tak lama kemudian motor kami pun langsung melaju pulang.

Sesampainya di lampu merah Klari, motor kami dihentikan oleh polisi yang katanya lagi melakukan razia. Alasannya yang bawa motor gak pake helm. Terus dia (polisi) bilang kalo aja yang bawa motor pake helm, pasti gak bakalan ditilang. Jeng-jeng.... Emangnya ada ya peraturan kayak gitu? Setahu gue semua yang gak pake helm harusnya ditilang. Parahnya lagi, motor yang di depan gue yang gak pake helm sama sekali gak kena tilang tuh.

Tak lama kemudian kami disuruh minggir dan kunci motor kami pun langsung dicabut seraya meminta STNK dan SIM. Pelanggaran yang kami lakukan adalah gak pake helm, gak ada SIM, dan pajak motor mati (bukan motor gue). Complete sudah pelanggarannya. Terus gue disuruh masuk ke pos polisi yang kebetulan berada persis di dekat lampu merah Klari. Di dalamnya pun sudah ada banyak polisi juga. Pembacaan pelanggaran pun dimulai.

Setelah pembacaan pelanggaran selesai, dia (polisi) meminta kita ngambil motornya di pengadilan atau sidang di tempat. Kalo sidang di tempat, kita disuruh bayar Rp. 180.000. Masya Allah, saya sendiri cuma pegang uang sekitar Rp. 30.000an. Tapi, tuh polisi katanya bisa bantu kita dengan mengurangi biaya dendanya. Ya semacam nawar gitu lah. Emang hukum itu kayak pasar ya bisa ditawar juga? Terus, gue jelasin deh kalo gue cuma punya duit Rp. 30.000an. Eh, dia (polisi) malah bilang "udahlah tilang aja" dengan nada agak tinggi dan agak menyudutkan kita.

Karena tuh bukan motor gue, gue ngerasa gak enak dan gak mau orang nanggung kesalahan yang gue perbuat. Akhirnya, gue tanya tuh pasnya berapa. Jawabannya munafik banget "Emangnya bisa ditawar? Kita kan cuma mau bantu. Kamu punyanya berapa?" kata salah seorang polisinya. Ya gue bilang "Saya cuma punya uang Rp. 30.000." Terus dia (polisi) bilang "udahlah tilang aja".

Setelah lama berdebat, akhirnya dia (polisi) setuju dengan harga Rp. 100.000. Ya udah, gue gak punya pilihan. Karena gue kepepet dan itu bukan motor gue, gue terpaksa bilang mau ngambil dulu uangnya di ATM. Jujur aja sih, gue sebenarnya gak tahu juga berapa saldo di ATM gue. Soalnya waktu itu kan gue belum gajian.

Tapi, kami juga sempat menelepon keluarga yang di rumah dan mereka (keluarga) bilang untuk memilih ditilang aja. Akhirnya kami pun setuju untuk memilih ditilang (gak jadi ngambil duit di ATM). Setelah meminta surat tilangnya, kami pun langsung pulang.

Pas gue mau ninggalin pos polisinya. Gue lihat ada yang kena tilang lagi. But you know what? Itu orang yang bawa motornya pake helm tapi penumpangnya enggak pake helm. Jelas-jelas gue denger kalo yang bawa motornya pake helm gak bakal kena tilang. Kalo perlu, gue berani sumpah deh! Sayangnya gue juga gak punya bukti rekamannya.

Setelah terjadinya kejadian tersebut, gue jadi sadar harus nurut sama orang tua. Sebab, orang tua kita itu lebih tau yang terbaik bagi kita. Pake helm juga merupakan standar keselamatan yang wajib kita patuhi. Bahkan, rata-rata pengendara motor yang tewas di jalan raya itu karena dia gak pake helm. Semoga gue juga bisa ngambil hikmah dari pengalaman gue ini.

OK, terakhir gue mau nyeritain mereka (polisi) yang menurut gue gak adil.

  1. Pengendara yang ditilang itu terkesan dipilih-pilih. Padahal, jelas-jelas ada yang gak pake helm sama sekali gak kena tilang.
  2. Pengendara motor yang pake helm dan bawa penumpang gak pake helm katanya gak bakal kena tilang (jelas-jelas gak ada peraturan seperti itu di UU Lalu Lintas).
  3. Saat gue masuk pospol (Pos Polisi), mereka (polisi) malah kumpul buat sarapan semuanya tanpa ada satupun petugas yang melakukan tugasnya di luar (nindak yang melakukan pelanggaran di lampu merah). Padahal, harusnya mereka melakukan tugasnya secara bergilir.
  4. Sidang di tempat kok bisa ditawar? Padahal hukum itu harusnya gak bisa ditawar. Gimana orang mau taat hukum kalo penegak hukumnya juga memberi celah kepada para pelanggarnya!
Sekian dulu cerita gue kali ini. Gue nulis cerita ini semata-mata karena merasa diperlakukan gak adil dan merasa cemburu dengan para pengendara lain (semacam cemburu sosial). Mudah-mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita ini. 
Terima kasih.

BERLIBUR KE LOMBOK HAMPIR KETINGGALAN PESAWAT DAN KETINGGALAN KERETA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai sobat traveler semuanya... Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang liburan sa...