PayPal

Jumat, 14 November 2014

Serunya Berlibur di Jogjakarta

Hai sob, kali ini saya akan menceritakan pengalaman berlibur saya selama 2 hari di Yogyakarta. Semoga sobat semua tertarik untuk membacanya!!!

Hari ke-1

Hari ini sepulang kerja shift malam, saya langsung meluncur ke mall Karawang untuk membeli perlengkapan saya, karena hari ini saya akan pergi berlibur ke Yogyakarta bersama rekan kerja saya. Setelah selesai shopping, saya langsung pulang dan packing perlengkapan saya.

Setelah selesai packing, saya langsung menuju meeting point di tempat perusahaan saya bekerja. Saya ke meeting point dengan diantar tukang ojek di sekitar rumah. Sumpah, ngemudinya lelet banget apalagi ditambah nelpon saat mengemudi. Sumpah bikin deg-degan ditambah yang di belakang juga klaksonin beberapa kali gara-gara jalannya di tengah. Saya tiba di lokasi meeting point terlambat sekitar 30 menit. What a mess!!!

Sesampainya di sana saya langsung jadi bulan-bulanan rekan kerja saya. Maklumlah, mereka khawatir tiba di stasiun Pasar Senen. Akhirnya saya terpaksa harus ngejelasin sama mereka perihal yang terjadi. Well... Sebagian sih bilang cuma alasan doang!!!! Tapi, It's OK lah!!! Tak lama bis kami pun berangkat menuju stasiun Pasar Senen. Perjalanannya sendiri memakan waktu sekitar 1,5 jam dari Karawang.
Ngeksis diantara 2 kereta di Stasiun Pasar Senen

Sesampainya di stasiun Pasar Senen, kami langsung menunggu kereta kami. Kami berangkat ke Jogja dengan menggunakan kereta Senja Utama Yogyakarta (Kelas bisns). Keretanya berangkat sekitar pukul 18.45 WIB dengan melewati jalur bagian utara.

Hari ke-2

Setelah menempuh perjalanan sekitar 7 jam, tibalah kami di stasiun Yogyakarta. Sesampainya di sana langsung naik ke bis dan menuju ke restaurant Orang Utan. Di sepanjang jalan, guide kami bercerita mengenai sejarah kota Yogyakarta. Serasa dengerin dongeng sambil terkantuk-kantuk. Tapi seru juga ceritanya.

Tak lama kemudian, sampailah kami di restaurant Orang Utan, di sana kami langsung bersih-bersih dan mandi. Di restaurant ini terdapat puluhan kamar mandi yang biasa digunakan oleh para wisatawan. Selesai mandi, kami langsung sarapan di restaurant Orang Utan.
Orang Utan Restaurant

selesai mandi, kami langsung melanjutkan perjalanan kami menuju ke Candi Borobudur di kota Magelang. Ingat ya, Candi Borobudur itu adanya di kota Magelang, bukan Yogyakarta. Hanya saja paket wisata Yogyakarta yang ditawarkan beberapa travel agent beserta kunjungan ke Taman Wisata Candi Borobudur.
Tiba di Candi Borobudur

Di sana , kami langsung diceritakan mengenai Candi Borobudur oleh guide kami. Candinya cukup luas. Namun saking banyaknya pengunjung, ruang gerak kami menjadi terbatas. Ada mitos yang mengatakan kalau kita bisa menyentuh stupa Candi Borobudur kita bisa mendapatkan jodoh. Akan tetapi hal itu sekarang dilarang dikarenakan adanya kerusakan stupa Candi akibat sentuhan oleh para pengunjung.

selesai menunjungi Candi Borobudur, perjalanan kami lanjutkan menuju ke kawasan Gunung Merapi. Saat mengunjungi gunung Merapi, kami diperintahkan untuk naik mobil jenis offroad karena hanya kendaraan jenis offroad lah yang mampu melewati jalanan terjal penuh batu dan pasir di sekitar kawasan Merapi.
Offroad Ria di Kawasan Merapi



Saat menunjungi kawasan Merapi, saya sarankan anda untuk mengenakan masker karena kawasan ini sangat berdebu. Anda juga saya sarankan untuk menggunakan kacamata supaya mata anda terlindung dari serpihan  abu vulkanik. Bentuk dari abu vulkanik sedikit lebih tajam dibandingkan debu biasa. Hal ini juga beresiko merusak mata anda.
Jangan lupa pakai masker ya!!!

Kawasan ini sangat terjal, di samping kiri dan kanan anda akan melihat jurang-jurang yang sedikit membuat saya takut. Meskipun begitu saya sangat menikmati pemandangan di sekitar kawasan merapi yang begitu indah. Bukan cuma itu anda juga dapat melihat rumah-rumah yang terkena dampak letusan gunung Merapi yang sudah rusak.

Saat mengunjungi kawasan Merapi, kami sempat singgah di beberapa tempat. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Museum Merapi. Museum ini dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Museum ini adalah rumah yang terkena dampak letusan gunung Merapi. Di sini terdapat beberapa benda yang terkena dahsyatnya awan panas Merapi. Bahkan sebagian benda ditemukan dalam kedaan meleleh.
Koleksi di Museum Merapi

Setelah mengunjungi Museum merapi, perjalanan kami lanjutkan menuju ke bunker tempat ditemukannya 2 jenazah relawan Palem (Paguyuban Lereng Merapi) yang tidak sempat menyelamatkan diri dari letusan gunung Merapi. Tidak ada penerangan di bunker ini, satu-satunya penerangan adalah dengan menggunakan lampu senter yang disediakan di pintu masuk bunker.
Foto di depan Bunker

Bunker-nya sendiri hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah Alm. Mbah Maridjan (juru kunci Merapi yang meninggal karena letusan Gunung Merapi). Sempat kecewa juga sih karena gak bisa naik ke atas lagi. Tapi tak apalah, lokasi di sekitar lereng juga cukup bagus dan indah.

Setelah mengunjungi bunker Merapi, perjalanan kami lanjutkan menuju ke batu Alien (masih di kawasan Merapi). Batu ini memiliki gerusan alami yang menyerupai wajah Alien. Bahkan kita juga bisa melihat jelas lekukan bentuk antara bola mata dan mulutnya. Kalau kita gak bisa melihat jelas, cukup lihat dulu fotonya lalu cocokkan dengan batunya. Well, inilah akhir dari Merapi Tour, saatnya kembali ke titik awal dan melanjutkan perjalanan kembali.

Setelah selesai Merapi tour, kami langsung menuju ke restaurant Moro Lejar untuk makan siang. Salah satu bis dari rombongan kami sempat mogok, hingga akhirnya harus dijemput. Meskipun begitu, masih banyak bangku yang kosong yang tersedia di bis kami. Setelah makan siang selesai, kami pun langsung menuju ke hotel Horison Riss.
Moro Lejar Restaurant

Sesampainya di sana, kami langsung dibagikan kunci kamar kami. Saya mendapat kamar nomor 205 di lantai 2. kamarnya cukup bersih, hanya saja tidak ada bathtub. Saya pun langsung mandi dan istirahat sejenak sambil menunggu perjalanan berikutnya untuk makan malam.
Room 205

Selesai sholat maghrib, kami langsung brangkat kembali dengan menggunakan bis untuk makan malam di restaurant lokal (agak lupa nama tempatnya). Kami juga sempat melewati benteng V yang sangat terkenal. Jarak dari hotel ke restaurant lokal agak cukup jauh. Setibanya di restaurant tersebut kami langsung makan malam. Bukan cuma itu, di sana juga diselenggarakan game dengan hadiah menari. Bahkan rekan satu tim ada yang mendapatkan voucehr hotel bintang 3 dan 5.

Selesai makan malam, kami pun langsung kembali ke hotel. Setibanya di hotel, saya langsung bergegas menuju ke kawasan Malioboro dengan berjalan kaki. Jaraknya sendiri tidak terlalu jauh dari hotel. Namun begitu, ada sebagian yang memilih istirahat di hotel karena besok pun masih ada jadwal acara ke Malioboro.

Saya juga iseng dengan teman saya untuk mengunjungi "Pasar Kembang". Di kawasan ini terdapat berbagai macam club mini lengkap dengan pelayan perempuan yang menawarkan paket "plus". Ini juga pertama kalinya saya ke tempat kayak gitu, itu juga karena diajak teman. Tapi jangan khawatir, saya hanya numpang lewat doang! ;).

Yang saya suka, perempuan di sana tidak terlalu agresif dan bahkan saya tidak diganggu sama sekali ketika lewat. Apabila masuk ke kawasan ini, anda juga diminta sumbangan sukarela. Meskipun begitu, tidak apa-apa jika anda tidak memberi sumbangan. Setelah itu, kami pun langsung kembali ke hotel.


Hari ke-3

Tepat pukul 7 pagi, kami semua berkumpul untuk sarapan pagi di hotel. Banyak sekali variant makanan di sini, mulai. dari western sampai dengan tradisonal. Setelah selesai sarapan, kami langsung packing dan melakukan check-out sekitar pukul 9 pagi untuk melanjutkan kembali tour kami.

Tujuan selanjutnya adalah keraton Yogyakarta. Sesampainya di sana, kami langsung diajak berkeliling oleh guide kami. Banyak sekali peninggalan sejarah di sini. Namun begitu, beberapa tempat terlihat seperti menyeramkan dengan cahaya lampu yang minim. Saya pun agak ngeri ke tempat tersebut. Selain itu, di sini juga kita bisa melihat pertunjukan seni tradisional khas Jawa. Setelah mengunjungi keraton Yogyakarta, perjalanan dilanjutkan menuju ke restaurant lokal untuk makan siang.
Foto Bareng Abdi Dalem Keraton Yogyakarta

Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke kawasan Malioboro untuk belanja oleh-oleh. Harga yang ditawarkan di sini cukup bervarisasi, mulai dari yang murah sampai yang mahal. Tapi kebanyakan harganya dibanderol dengan harga murah dan bahkan masih bisa ditawar. Selesai belanja, kami pun langsung menuju stasiun Lempuyangan untuk kembali menuju ke Karawang. Saya sendiri memilih naik pesawat bersama seorang teman saya.

Setelah drop-off rombongan lain di stasiun, saya dan teman saya langsung menuju ke bandara dengan menggunakan bus rombongan. Sesampainya di sana, saya langsung pergi menuju ke Blue Sky Executive Lounge (lounge favorit saya). Bahkan, di sini kita gak usah repot-repot check-in dan daftarin bagasi karena akan di-handle oleh petugas lounge-nya.
Adisutjipto International Airport

Sempet kesel juga sih karena pesawat kami delay lebih dari 1 jam. Untung saja saya tidak ketinggalan bis DAMRI dari bandara Soekarno-Hatta menuju ke Purwakarta (turun di rest area KM 57 Karawang). Meskipun begitu, saya sangat senang bisa pulang naik pesawat karena saya sangat suka terbang. Akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 01:30 selasa dini hari.

Sekian dulu cerita dari saya ya sob, terima kasih bagi yang sudah membaca dari awal sampai akhir dan semoga bermanfaat. Terima kasih.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Menikmati Promo Fare 55 Ribu Citilink

Hai sob!!! Kali ini saya mau menceritakan pengalaman saya setelah mendapatkan tiket promo Rp. 55.000 dari Citilink. Semoga bermanfaat.

13 September 2014

Cerita ini berawal saat saya membuka website milik maskapai milik Citilink. Di situ terlihat ada gambar mengenai promo 55 Ribu Citilink. Promonya bisa muncul tiba-tiba antara pukul 19:00 WIB sampai pukul 03.00 WIB. Iseng-iseng saya buka websitenya pas malam minggu. Kebetulan keesokan harinya saya libur kerja. Jagi gak masalah meskipun harus begadang semalaman.

Saya sendiri waktu itu belum pernah naik pesawat. Jadinya saya iseng deh buat booking. Lagian harganya juga cuma Rp. 55.000. Saya juga gak tahu mau terbang ke mana. pokoknya, kalo promonya muncul, saya mau booking aja. Kan lumayan dapat harga tiketnya yang murah. Sebelum pukul 09.00 WIB saya sudah duduk di depan komputer jinjing saya. Tapi tiba-tiba, saya malah disuruh ke rumah kakak ke-3 saya oleh dia yang jaraknya hanya beberapa puluh meter dari rumah saya.

Kaki langsung saya langkahkan ke rumah kakak saya. Setibanya di sana, saya malah disuruh keponakan saya yang waktu itu masih berusia 3 tahun (namanya Satria, cuman saya suka panggil Kevin karena saya suka nama itu) untuk menginap di rumah saya karena kakak saya harus mengurus anaknya yang masih bayi (namanya Aisyah). Kebetulan kakak saya juga sedang mempersiapkan acara 40 hari lahirnya keponakan saya yang masih bayi.  Ya udah deh, saya bawa keponakan saya menginap di rumah saya.

Setibanya di rumah saya dia langsung main sama keponakan saya dari kakak ke-5 saya (namanya Najma). Kebetulan dia juga lagi nginep di rumah saya. Saya sama Kevin udah deket banget. Dari kecil saya yang urus dia kalo mamanya lagi pergi. Boleh dibilang udah kayak kakak ama adik lah. Gak lama si Kevin matanya udah mulai ngantuk. Setelah dia tidur, lanjut deh nyari tiket promo Citilink. Pantengin dari jam 09:00 WIB tapi kagak muncul-muncul, yang ada malah ketiduran.

14 September 2013

Pas tengah malam, keponakan saya terbangun dan dia minta pulang ke rumahnya. Pas lihat jam tangan, udah pukul 5 pagi. Langsung deh saya anterin dia pulang ke rumahnya. Setelah itu, saya pulang lagi ke rumah saya. Pas lihat jam dinding, ternyata jam menunjukan pukul 00:30. Hahaha.... kocak banget!!!! Ternyata saya salah lihat jam. Ngelihat jam tangan saya malah kebalik dan gak nyadar saking ngantuknya saya.

So, berarti masih ada kesempatan buat nyari promonya. Akhirnya saya buka lagi notebook saya dan coba nyari lagi. Alhamdulillah banget, saya nemu promo 55 ribu tujuan Jakarta-Surabaya pada tanggal 19 April 2014 dengan waktu keberangkatan pukul 21:40 WIB dan tiba pukul 22:55 WIB. Langsung deh saya nyari tiket pulangnya juga (Surabaya-Jakarta). Tapi saya hanya nemu di tanggal 20:00 WIB dengan waktu  penerbangan pukul 05:55 dan tiba pukul 07:15 WIB. Tapi gak apa-apa, yang penting saya bisa naik pesawat. Maklum lah, waktu itu saya belum pernah naik pesawat sama sekali. Hehe...

Setelah saya nemu tiket promonya, akhirnya saya booking tuh tiket. Channel pembayaran tiket Citilink pun cukup banyak. Bisa dibayar di Alfamart, Lawson, Alfamidi, ATM, dan lain-lain. Tapi saya putuskan untuk bayar di Alfamart karena jaraknya lebih dekat. Sialnya lagi, Alfamart yang terdekat dengan rumah saya gak buka 24 jam, terpaksa saya nyari yang buka 24 jam.

Setelah lama nyari, akhirnya saya nemu Alfamart yang buka 24 jam, jaraknya sekitar 20 menit dari rumah saya. Parahnya lagi, saya salah kode pembayaran yang satunya lagi. Udah gitu saya lupa bawa HP buat nelpon call center-nya. Akhirnya saya terpaksa bolak-balik. Setelah melakukan pembayaran, akhirnya saya pulang dan tidur.

19 April 2014

Setelah menunggu berbulan-bulan, akhirnya hari ini saya berangkat menuju ke Surabaya dengan menggunakan pesawat Citilink. Setelah menyiapkan itinerari saya, akhirnya saya bergegas menuju ke bandara Internasional Soekarno-Hatta. Saya berangkat ke sana dengan menggunakan DAMRI dari terminal Klari. Ongkosnya sekitar Rp. 55.000.

Saya berangkat dari Klari sekitar pukul 15:00 WIB dan tiba sekitar pukul 17:30 WIB di terminal 1C bandara Soekarno-Hatta. Setelah tiba, saya langsung melakukan check-in dan mendaftarkan bagasi saya. Setelah proses check-in selesai, saya langsung menuju ke ruang tunggu. Karena penerbangan saya masih lama, saya putuskan untuk pergi ke lounge yang berada di lantai 1.
Blue Sky Executive Lounge

Lounge yang tersedia di terminal 1C adalah Blue Sky Executive Lounge. Kebetulan saya juga pernah nyoba Blue Sky Executive Lounge sebelumnya di bandara Adisutjipto Jogjakarta. Lounge ini ternyata lebih mewah daripada yang di Jogjakarta. Bahkan toilet-nya pun bersih dan terkesan mewah. Sayangnya, waktu itu pintu belakangnya belum dibuka. Jadi, saya harus tetap ikut antri di gerbang keberangkatan bersama penumpang lainnya. Alasannya, karena ada perbedaan management antara Angkasa Pura 1 dan 2.

Pas masuk ke lounge, ternyata hanya ada 2 penumpang di sana. Enak juga sih, soalnya saya bisa leluasa bergerak. Namun menjelang malam, ada rombongan jamaah umroh yang menikmati lounge juga. Kaca bagian belakang lounge transparant sehingga kita bisa melihat pesawat yang taxiing maupun yang take-off dan landing.

Menu makanan yang ditawarkan di sini cukup bervariasi. Mulai dari yang berat hingga yang ringan. Bahkan ada juga rujak dengan bumbu petisnya yang berasa banget. Di sini tersedia juga TV dengan saluran International. Bahkan, jika kita ingin internetan, di sini juga tersedia komputer yang terhubung dengan jaringan internet. Jadi kita gak perlu bawa gadget dan nyari sinyal Wi-Fi lagi.

Tak lama kemudian pesawat Citilink yang saya naiki pun mulai boarding. Saya langsung bergegas menuju ke gerbang keberangkatan. Di sana sudah banyak penumpang yang antri masuk ke pesawat. Asyiknya lagi, di sini pake aviobridge. Meskipun di sini hujan, gak perlu khawatir kehujanan. Ini juga pertama kalinya saya pake aviobridge *norak :)*.

Setelah masuk ke pesawat, saya langung mencari tempat duduk saya. Saya duduk di seat nomor 14A (window seat). Ingat!!! Hanya orang dengan kualifikasi tertentu yang bisa duduk di sini.Karena ini penerbangan terakhir dan paling malam, penumpangnya tidak terlalu penuh. Bahkan, saya hanya duduk berdua dengan seorang perempuan (duduk di 14C).
Citilink Seat





Perjalanan dai Jakarta menuju Surabaya ditempuh dalam waktu kurang lebig 1 jam dan 15 menit. Serunya lagi, pilot sempat menyapa kami dari cockpit dan memberikan informasi ketinggian dan kecepatan pesawat. Pesawatnya sendiri terbang di atas ketinggian lebih dari 30.000 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 600 KM/jam (entah hitungan knot-nya berapa).

Setelah terbang lebih dari 1 jam, tibalah kami di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Karena terminal kedatangannya bekas terminal kedatangan Internasional, rata-rata naik dan turunnya penumpang menggunakan aviobridge. Bahkan bandaranya pun cukup bersih dan luas. Bahkan bandara ini juga pernah mendapat predikat bandara terbaik dan bandara dengan toilet terbersih.

Fasilitas di bandara ini cukup lengkap, mulai dari toko souvenir sampai hotel pun ada. Jadi, kalo anda adalah penumpang transit atau mungkin terbang di pagi hari, anda tidak perlu repot mencari penginapan di sekitar bandara karena hotelnya berada di bandara sendiri. Berbagai macam restaurant pun tersedia di sini. Mulai dari yang menyajikan makanan lokal maupun International.

Setibanya di bandara Juanda, saya langsung berkeliling di sekitar bandara dan tidur di bandara karena keesokan paginya saya harus pulang lagi ke Karawang. Sempet juga sih ditanya scurity mengenai penerbangan saya. Lalu saya bilang kalo saya harus terbang di pagi hari. Tapi dia bilang "Ya, mendingan tidur di sini aja daripada ketinggalan pesawat".

Bukan hanya saya saja yang tidur di bandara, banyak kok yang tidur di bandara demi mengejar penerbangan pagi. Bahkan, ada seorang ibu dengan anaknya yang usianya sekitar 3 tahunan tidur di bandara juga. Saya tidur di kursi bandara di terminal 1. Menjelang pagi hari, agak crowded juga karena ada rombongan anak-anak yang kebetulan berangkat tour di pagi hari.

Pagi harinya saya langsung mencuci muka dan gosok gigi di toilet bandara. Mau mandi tapi ribet juga. Akhirnya saya gak mandi *hehe* tapi tetep wangi kok! Lagian pake parfum juga. Sialnya lagi, di toiletnya gak ada tempat menyimpan barang seperti di bandara Soekarno-Hatta. Terpaksa deh koper saya digantung di pintu karena takut kena basah dankotoran toilet.

Sekitar pukul 03.00 WIB, bandara pun mulai dibuka. Saya langsung masuk ke dalam dan melakukan check-in. Setelah proses check-in selesai, saya langsung menuju ke terminal keberangkatan. Di sana saya juga sempat membeli makanan khas Surabaya untuk dijadikan sebagai buah tangan.

Tak lama kemudian, pesawat pun mulai proses boarding. Saya melewati aviobridge untuk bisa masuk ke dalam pesawat. Saya langsung duduk di tempat duduk saya di no 14A. Pagi itu penerbangan agak sedikit penuh. Namun masih ada beberapa bangku yang kosong. Tak lama, pesawat pun mulai menuju landasan pacu untuk melakukan proses take-off.
Morning View at Juanda Int'l Airport

Sesaat setelah take-off, saya melihat pemandangan yang begitu indah. Pemandangannya berupa hamparan sawah dan perbukitan. Cuaca saat itu dalam keadaan cerah sehingga sunrise pun dapat terlihat jelas. Namun penerbangan waktu itu hampir begitu hening. Maklum lah, masih pagi, banyak juga penumpang yang masih dalam keadaan ngantuk karena harus mengejar penerbangan pagi. Di pesawat, saya juga sempat memesan makanan omelet sebagai menu sarapan saya serta 1 botol air mineral.

Setelah terbang kurang dari 1,5 jam, tibalah saya di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kemudian, saya langsung turun dan menuju tempat pengambilan bagasi di terminal 1C. Setelah itu, saya langsung keluar dan menuju tempat pemberhentian bis DAMRI. Kali ini saya naik bis DAMRI dengan tujuan Purwakarta dan minta turun di rest area KM57. Setelah itu saya lanjutkan dengan naik kendaraan umum menuju ke rumah saya.

Selesai...

Thanks ya sob udah mau baca cerita saya!!! Sampai jumpa di perjalanan saya berikutnya!!!
Terima kasih.

Sabtu, 10 Mei 2014

Berlibur Ke Bali

Hai sob!!!
Kali ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya mengenai liburan saya di Bali bersama ibu saya dan teman semasa SMK saya. Simak ya!!!

Kisah ini berawal saat AirAsia mengadakan promo. Bandung-Bali itu hanya Rp.289.000 (belum termasuk biaya bagasi). Iseng-iseng saya coba ngecek jadwal hari libur saya. Setelah saya nemu jadwal hari libur saya, saya langsung mengecek deh harga tiketnya. Saya sendiri memilih tanggal 8-9 Februari 2014 (2 hari doang). Maklumlah, saya juga harus professional dalam bekerja. Jangan sampai liburan saya juga mengganggu semua pekerjaan saya.

Pas saya cek untuk keberangkatan tanggal 8 Februari 2014, ternyata saya nemu untuk keberangkatan pikul 05.40 WIB dengan rute Bandung-Denpasar. Saya lebih memilih terbang dari Bandung karena jaraknya lebih dekat ke kota Karawang. Udah gitu juga gak terlalu sibuk kayak di Soekarno-Hatta. Setelah saya nemu, langsung deh saya buru-buru nelpon call center AirAsia untuk melakukan pemesanan.

Saya booking tiket untuk 2 orang yaitu dengan ibu saya. Setelah saya membeli tiket berangkatnya, saya langsung mencari tiket untuk pulangnya. Tadinya saya mau pilih rute Denpasar-Jakarta, akan tetapi harganya udah mahal. Akhirnya, saya putuskan untuk mengambil rute Denpasar-Bandung saja. Pas searching, saya nemu tiket Lion Air. Harganya sekitar Rp.531.000. Langsung deh saya nelpon call center dan pesen tiketnya.

Setelah saya membeli tiketnya, saya langsung mencari jasa penyewaan mobil di Bali. Pas coba browsing di mbah Google, saya ngeliat postingan di Kaskus jasa sewa mobil Bli Komang. Tanda jadinya cuma Rp.100.000. Sisanya dibayar setelah tur selesai. Awalnya saya juga ragu, tapi banyak banget yang udah kasih testi bagus ke dia. Akhirnya, saya putuskan untuk memesan jasa bli Komang. Kalaupun ketipu, toh cuma Rp. 100.000 doank.

Setelah memesan mobil, tinggal saya memesan hotel untuk menginap di Bali. Kebetulan, saya dapat voucher potongan harga Rp. 200.000 untuk pemesanan hotel di http//:www.tiket.com sebagai hadiah spesial atas pembelian tiket Mandala Airlines yang kebetulan kena cancel flight. Namun, untuk menghemat pengeluaran selama di Bali, saya mengajak temen saya untuk ikut. Akhirnya, temen saya yang namanya Rendi untuk ikut. Dia pun setuju.

Setelah itu, saya lagsung booking tiket pesawatnya lagi buat dia. Setelah booking tiket pesawat, akhirnya saya browsing mengenai hotel yang nantinya akan saya tempati selama di Bali. Kemudian, saya pilih hotelnya yang dekat dengan pura luhur Tanah Lot. Hotelnya sendiri bernama Hotel Coco. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dengan Pura Tanah Lot dan Pura Batu Bolong. Ya, jalan kaki juga bisa!!!

07 Februari 2014

Sepulang kerja, saya langsung berkemas dan menyiapkan itinerary. Semuanya langsung saya masukkan ke dalam koper yang saya pinjam dari kakak saya. Setelah selesai berkemas, saya istirahat sejenak (bukan tidur) sambil menunggu teman saya Rendi yang katanya akan datang ke rumah saya sekitar pukul 00.30 WIB. Dia sebenarnya shift malam, tapi dia minta izin pulang cepet.

08 Februari 2014

Lewat tegah malam, temen saya akhirnya datang juga. Setelah semuanya siap, akhirnya kami pun bergegas pergi. Kami di antar ke bandara oleh kakak ipar saya yang dari Tasikmalaya dengan menggunakan mobil milik kakak ke-2 saya. Kami berangkat sekitar pukul 01.30 malam. Maklum lah, gak ada transportasi ke Bandung pada jam segini. Di perjalanan, saya sempat tertidur untuk beberapa saat karena mata saya belum terpejam karena harus mempersiapkan itinerary.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama satu setengah jam, tibalah kami di bandara Husein Sastranegara, Bandung. Bandaranya juga terlihat masih sepi. Maklum lah, penerbangan pertama aja mulainya sekitar jam 5 pagi. Setibanya di sana, kami langsung menuju ke ruang tunggu bagian luar. Saya pun pergi ke toilet untuk buang air kecil.

Karena bandara belum dibuka, saya menggunakan toilet di bagian luar bandara Husein Sastranegara (dekat teminal kedatangan). Kesan pertama saya menggunakan toilet tersebut benar-benar kurang nyaman. Gak ada tempat menyimpan tas ataupun gantungan di dalamnya. Bahkan, salah satu pintunya pun ada yang gak bisa dikunci. OMG!!! I really hate its toilet.

Tak lama berselang, bandara pun mulai dibuka. Satu per satu penumpang pun mulai masuk ke area check-in counter. Akhirnya, kami berpisah dengan kakak ipar saya di depan pintu masuk. Setelah melakukan proses check-in, kami pun langsung duduk di ruang tunggu. Iseng-iseng saya pengen tahu toilet di bagian dalam bandara. Emhhh!!!! Yang ini agak lebih baik. Hanya saja, tissuenya yang gak ada.

Setelah itu, kami pun langsung diperintahkan ke gerbang keberangkatan di lantai 2. Sambil menunggu boarding, saya sempatkan dulu melaksanakan ibadah sholat di lantai 2. Mushola-nya pun sangat kecil dan hanya bisa menampung beberapa orang saja. Kayaknya ni bandara perlu pembenahan deh!!! Tapi, uniknya jendela mushola tersebut menghadap langsung ke landasan (khusus mushola pria).

Pesawat yang kami naiki adalah pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7912 . Waktu keberangkatannya adalah pukul 05.40 dan tiba di Denpasar sekitar pukul 08.20 WIB. Namun, kami dijadwalkan tiba 10 menit lebih awal sesuai dengan yang tertera di itinerary terbaru yang dikirimkan beberapa hari yang lalu.

Tak lama kemudian, kami pun langsung naik ke dalam pesawat. Pagi itu hujan rintik-rintik. Para penumpang pun bergantian menggunakan payung yang tersedia di bandara. Saya sendiri berjalan ke pesawat tanpa menggunakan payung karena saya harus menunggu giliran. Lagi pula cuma hujan rintik-rintik kok. Di sini juga gak ada aviobridge-nya.
Onboard selfie

Setelah masuk, kami pun langsung mencari tempat duduk kami. Kami duduk di barisan 15ABC. Saya memesan kursi tersebut saat pembelian tiketnya. Harganya sekitar Rp.20.000/seat. Ada pula tempat duduk hot seat yang harganya antara Rp. 95.000-Rp. 120.000 dengan seat pitch yang lebih luas. Bahkan, penumpang hot seat dan hi-flyer adalah penumpang yang mendapat prioritas terlebih dahulu saat naik ke pesawat.
Sesaat setelah take-off

Tak lama kemudian, pesawat pun berangkat. Sesaat setelah take-off, saya melihat pemandangan yang begitu indah. Di kota Bandung itu banyak sekali perbukitan yang menjulang tinggi. Pokoknya indah banget deh!!! Karena waktu itu masih pagi dan cuaca agak sedikit mendung, pemandangannya jadi kurang begitu jelas.

Setelah beberapa menit terbang, pramugari pun mulai membagikan makanan kepada para penumpang. Saya melakukan pre-book (pemesanan di awal) supaya dapat menu yang saya inginkan dan juga lebih hemat 20% dibandingkan dengan membeli langsung di pesawat. Saya sendiri memesan nasi minyak Palembang ala Chef Farah Quinn, sementara ibu dan teman saya memesan nasi kuning Manado.

Nasi Minyak Palembang ala Chef Farah Quinn
Setelah makan, saya pergi ke toilet untuk buang air kecil. Pas keluar dari toilet, banyak orang yang berfoto sama pramugari. Aku juga malah ikut-ikutan foto bareng sama pramugarinya. Hehe... Pramugarinya juga ramah banget.
Foto bareng pramugari


Setelah terbang kurang lebih sekitar 1jam 30 menit (tiba 10 menit lebih awal), tibalah kami di bandar udara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Terdapat perbedaan waktu kurang lebih 1 jam antara Bandung dan Bali. Cuacanya agak sedikit mendung dan baru saja diguyur hujan. Setelah turun, kami sempat berfoto terlebih dahulu sebelum masuk ke terminal kedatangan. Setelah selesai berfoto, kami pun langsung masuk ke gedung terminal kedatangan dan menunggu bagasi kami di conveyor.


Tak lama, sopir yang menjemput kami pun mengirimkan pesan SMS (maklum, HP-nya harus dimatikan kalo naik pesawat). Setelah kami mengambil bagasi kami, akhirnya kami pun melangkah keluar. Di sana, driver kami sudah menunggu untuk menjemput kami. Oh iya, nama drivernya adalah Bli Putu. Usianya sekitar 22 tahun. Kami dijemput dengan menggunakan mobil Toyota Vios.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pura Taman Ayun. Biaya masuknya adalah Rp. 10.000/ wisatawan. Pura ini dibangun sekitar abad ke-17 oleh raja Mengwi. Di bagian sisinya terdapat kolam dengan bunga teratai yang mengapung di atasnya. Bukan cuma itu, di sebelah kanan pintu masuk juga terdapat replika orang yang sedang melakukan sabung ayam. Hal tersebut juga merupakan salah satu kebudayaan di Bali. Satu hal lagi, pura ini juga masuk dalam warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization).
Me & Mom at Taman Ayun Temple

Setelah mengunjungi Pura Taman Ayun, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Beratan yang terletak di kawasan Bedugul. Ada hal yang unik dari nama Bedugul sendiri. Nama Bedugul diambil dari kata "bedug" dan "kul". Bedug adalah alat yang biasa digunakan untuk menandakan waktu sholat, sedangkan kul adalah alat kentongan yang terbuat dari kayu yang sering kita lihat di pos ronda. Versi yang lainnya adalah ketika ada seorang raja yang mandi di danau Beratan dan maaf "anunya kelihatan", maka jadilah nama Bedugul.
Sepanjang Perjalanan Menuju Bedugul

Sepanjang perjalanan menuju ke Bedugul, kami disuguhi dengan pemandangan perbukitan yang sangat indah. Bahkan sebagian terlihat masih asri. Di kawasan ini juga banyak sekali warga yang beragama muslim. Bahkan, ada banyak restaurant halal yang tersedia di kawasan ini. Mata pencaharian utama di kawasan ini adalah bertani buah strawberry karena letak geografisnya yang berada di atas ketinggian.
Warga Bali Bersiap Untuk Sembahyang

Setelah tiba di danau Beratan, kami pun langsung berjalan-jalan di sekitar danau Beratan. Biaya tiket masuk ke tempat wisata Danau Beratan adalah Rp. 10.000/ wisatawan domestik, dan Rp. 30.000/ wisatawan asing. Ada hal yang unik dari Danau Beratan ini, Pura Ulundanu yang dibangun di sisi danau Beratan dibangun seolah-olah mengambang di atas air. Bahkan, pura ini juga dicetak di lembaran uang kertas Rp. 50.000 warna biru. Anda juga bisa berkeliling danau dengan menggunakan perahu yang tersedia dengan tambahan biaya.
Pura Ulundanu

Setelah selesai mengunjungi danau Beratan, kami langsung melanjutkan perjalanan kami kembali. Karena waktu dzuhur sudah tiba, saya dan ibu saya melaksanakan sholat dzuhur di masjid yang berada persis di seberang danau Beratan. Untuk mencapai ke masjid ini, kami harus meniti puluhan anak tangga karena letaknya yang berada di pinggir tebing. Dari masjid ini juga terlihat hamparan danau Beratan. Begitu pula sebaliknya, dari danau Beratan juga kita bisa melihat masjid ini.

Setelah melaksanakan sholat dzuhur, kami melanjutkan perjalanan kami menuju ke Alas Kedaton. Sebelum itu, kami sempat mampir dulu di restaurant Saras. Karena sedang di Bali, saya tidak mau ketinggalan untuk mencicipi makanan khas Bali. Saya memesan bebek betutu (khas Bali), sup asparagus, dan ayam bakar lengkap dengan sambal matah. Minumannya juga saya memesan jus strawberry yang memang banyak tersedia di Bedugul. Setelah makan siang di restaurant Saras, kami langsung melanjutkan perjalanan kami menuju ke Alas Kedaton.
Alas Kedaton

Sesampainya di Alas Kedaton, kami langsung disambut oleh guide khusus untuk wisata di area Alas Kedaton. Biaya tiket masuknya adalah Rp. 10.000. Alas Kedaton merupakan tempat hunian ribuan kera. Di Alas Kedaton sendiri ada salah satu pura yang hanya dibuka pada waktu tertentu saja. Uniknya lagi, guidenya itu adalah pemilik toko yang berjejer di area Alas Kedaton. Setiap pemilik toko, mempunyai antrian masing-masing untuk memandu wisatawan.

Dengan berbekal tongkat kayu kecil, guidenya membimbing kami untuk berkeliling. Guidenya merupakan guide yang sudah cukup terlatih, mereka juga sudah mengenal karakter kera-kera yang ada di area Alas Kedaton. Sebelum kami masuk ke bagian dalamnya, guide kami menawarkan untuk membeli kacang tanah untuk diberikan kepada para kera supaya mereka mau mendekat.

Pas kami masuk, para kera sudah menyambut kami. Bahkan beberapa dari mereka memegangi tangan kami untuk meminta kacang. Gelinya lagi, ada pula yang sampai naik ke atas pundak. Pokoknya seru deh! Awalnya sih agak takut, tapi akhirnya terbiasa juga. Guide kami bilang biarkan mereka yang menyentuh kita, asalkan kitanya jangan nyentuh mereka karena mereka bisa merasa terancam dan marah.

Di samping kiri dan kanan juga terdapat hutan yang lebat yang memang menjadi tempat hunian para kera. Di sini juga kita bisa berfoto dengan kelelawar. Bahkan tersedia juga aksesoris mahkota pilihan sesuai dengan yang kita inginkan. Biaya fotonya sekitar Rp. 20.000. Tenang, kelelawarnya udah jinak kok! Tapi, kalo mau foto pake kamera sendiri juga bisa kok!
Alas Kedaton

Setelah berkeliling, guide kami memandu kami ke tokonya dan menawarkan souvenir khas Bali. Selama menemani berkeliling, guide kami harus menutup tokonya supaya tidak diobrak-abrik oleh para kera. Tokonya hanya dibuka ketika dia menunggu antrian untuk menjadi guide para pengunjung. Setelah berbelanja souvenir, kami langsung melanjutkan perjalanan kami ke Tanah Lot.

Sesampainya di Tanah Lot, kami langsung menuju ke hotel Coco untuk check-in. Hotel Coco sendiri berada di dalam kawasan tempat wisata Tanah Lot. Saya lupa berapa harga tiket masuk ke area Tanah Lot. Setelah check-in, saya langsung berkeliling area Tanah Lot. Sementara itu, supir kami langsung pulang dan akan menjemput kami keesokan harinya. Kali ini saya hanya berkeliling berdua dengan teman saya karena ibu saya kelelahan setelah seharian berkeliling.
Coco Hotel Swimming Pool

Tempatnya ramai banget karena berbarengan dengan acara melihat sunset. Selain itu, kita juga bisa melihat ular suci yang berada di gua di bibir tebing dekat pantai. Sayangnya, kalau ingin ke Pura Luhur Tanah Lot kita harus menyebrangi pantai yang terendam air. Bukan cuma itu, yang boleh ke Pura Luhur hanya orang yang memakai pakaian adat dan yang ingin sembahyang saja.
Sunset View at Tanah Lot

Setelah selesai melihat Pura Luhur Tanah Lot, kami menuju ke Pura Batu Bolong yang letaknya masih di kawasan Tanah Lot. Ngeri juga sih tempatnya. Soalnya gak ada pagar pengamannya. Pokoknya harus hati-hati kalo datang ke sini. Apalagi kalau bawa anak kecil. Walaupun begitu, tempat ini wajib dikunjungi.

Setelah selesai ke Pura Batu Bolong, saya dan teman saya pergi untuk menonton tari Kecak (masih di kawasan Tanah Lot). Biaya untuk menonton pertunjukan tari Kecak adalah Rp. 50.000. Pertunjukan tari Kecak dimulai menjelang sunset hingga selesai. Tempat duduk para penonton juga dibuat melingkar. Lighting-nya juga dirancang sedemikian rupa.

Setelah selesai menonton tari Kecak, kami berdua langsung kembali ke hotel. Malamnya, kami makan malam di hotel Coco. Saya dan teman saya makan di lounge, sementara ibu saya memilih makan di kamar. Setelah selesai makan malam, kami diminta untuk memilih menu sarapan untuk besok (sudah termasuk dalam biaya kamar). Oh iya, hotel ini hanya menyediakan continental breakfast.

Kamarnya sendiri cukup luas. Kami bertiga tidur dalam 1 kamar dengan extra bed (extra charge) karena teman saya gak mau tidur sendiri. Saya tidur bersama ibu saya, sedangkan teman saya menggunakan extra bed. Kamarnya juga dilengkapi dengan WiFi dan safe deposit box. Selain itu, kamar mandinya juga dilengkapi dengan bathtub dan shower.

09 Februari 2014

Keesokan harinya, saya langsung kembali mengeksplorasi kawasan Pura Tanah Lot. Kali ini tempatnya masih sepi. Maklumlah, saya dan teman saya jalan sekitar pukul 06.00 WITA. Di sinilah letak kenikmatannya. Kita bisa mendengarkan deburan ombak tanpa harus terganggu oleh suara orang yang berlalu-lalang. Bahkan, kita bisa berfoto tanpa harus malu bergaya dan terganggu dengan orang lain.
Pura Luhur Tanah Lot

Setelah selesai, kami pun langsung kembali ke hotel untuk persiapan check-out. Drivernya saya minta untuk menjemput sekitar pukul 10.00 WITA. Setelah supir kami tiba, kami langsung bergegas dan melakukan proses check-out. Sebelum meninggalkan hotel, saya sempat mengisi kertas komentar yang diberikan oleh resepsionis. Kali ini saya dijemput dengan mobil Toyota Avanza karena mobil Toyota Vios sebelumnya adalah milik bosnya yang terpaksa harus dipakai karena banyak yang order sewa mobil.
Hotel Coco

Tujuan kami hari ini adalah ke Tanjung Benoa. Sebelum ke Tanjung Benoa, kami mampir dulu ke pusat oleh-oleh khas Bali. Sesuai dengan rekomendasi driver kami, kami mengunjungi Krisna. Toko ini cukup terkenal di Bali. Bahkan toko ini mengadakan undian juga yang hadiah utamanya mobil. setiap pembelanjaan Rp.100.000 akan mendapatkan 1 kupon undian (berlaku kelipatan).
Pelayannya Saya Foto

Di Krisna, saya membeli cemilan khas Bali dan souvenir yang bertuliskan Bali juga. Tenang saja!!! Meskipun tokoknya besar dan lebih mirip kayak supermarket, harganya tetep miring kok! Di sini tersedia berbagai macam souvenir mulai dari kaos, gantungan kunci, hingga perhiasan yang terbuat dari perak. Bukan cuma itu saja, di sini juga kita bisa meminta jasa packing (dengan biaya tambahan) supaya memudahkan kita untuk membawa barangnya. Bahkan, ada stiker name tag-nya juga lho!!!

Setelah selesai shopping, kami langsung mampir ke restaurant 168 Japanese Restaurant untuk makan siang. Maklum, beberapa hari yang lalu saya beli voucher makan online (diskon) untuk makan di restaurant ini. Agak aneh juga sih makan di restaurant ini, soalnya rata-rata pengunjungnya adalah orang Jepang dan Korea. cuma pelayannya aja yang orang Indonesia. Haha... Mungkin cuma kebetulan aja gak ada orang Indonesia-nya.
168 Japanese Restaurant

Konsep restauran ini adalah "All You Can Eat" alias buffet. Bahkan soft drink-nya pun diberikan secara cuma-cuma. Hanya minuman beralkohol saja yang dikenakan biaya tambahan. Meja makannya pun hampir sama kayak di Jepang. Kita masak sendiri dengan menggunakan tungku yang terdapat di masing-masing meja. Tapi, anda juga tak perlu khawatir!! Kita juga bisa kok memilih makanan yang sudah matang tanpa harus repot memasaknya.

setelah selesai makan siang, kami langsung meluncur ke Tanjung Benoa. Rute yang kami lalui adalah dengan melewati tol Mandara yang dibangun di atas laut. Pokoknya, tolnya keren abis deh!!! Oh iya, designer-nya juga orang Bali asli lho!!!! Berbeda dengan tol pada umumnya, tol ini langsung menerapkan bayar tol ketika kita masuk gerbang tol. Jadi gak ada sistem ambil tiket, kemudian bayar di pintu keluar. Tarif tolnya sekitar Rp. 10.000.
Tol Mandara

Tak lama kemudian, tibalah kami di Tanjung Benoa. Di sana, saya dan teman saya langsung bermain watersport. Sedikit tips dari saya, pesanlah dimuka untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Tadinya, kami memesan untuk parasailing dan diving. Namun, parasailing tidak bisa dilakukan karena anginnya kurang bagus. Akhirnya, kami memutuskan untuk menggantinya dengan Flying Fish. Oh iya, di sini juga sedang diadakan prosesi penaburan abu orang yang sudah meninggal ke ke laut. Jadi, kami harus tetap tenang dan gak boleh terlalu berisik.

Aktifitas pertama yang kami lakuakan adalah flying fish. Kegiatan ini diawali dengan naik ke atas boat dengan posisi badan dalam keadaan berbaring. Setelah itu, akan ditarik soleh speed boat sampai melayang di udra layaknya seperti sedang menerbangkan layangan. Pokoknya keren abis deh!!! Kami pun melakukannya hingga 2 kali.

Setelah selesai bermain flying fish, dilanjutkan dengan aktifitas diving. Ini adalah pertama kalinya saya diving. Sedikit takut sich, tapi mereka berusaha membuat saya tetap tenang. Kami pun harus berganti pakaian kami dengan pakaian khusus diving. Pakaiannya agak sedikit ketat. Selain itu, mereka memberikan plastik berisi roti tawar untuk menarik minat ikan supaya datang mendekat.

Aktifitas diving-nya sendiri dilakukan di tengah laut dengan kedalaman sekitar 7 meter di bawah permukaan laut. Sebelum menyelam, kami juga diajarkan terlebih dahulu beberapa teknik menyelam dan sandi-sandi ketika menyelam nanti. Setelah briefing selesai, aktifitas pun dimulai. Jangan khawatir, meskipun anda tidak bisa menyelam, pemandunya akan selalu menemani dan menuntun ke tempat mana saja yang harus dituju.
Persiapan Diving

Setelah sampai di tempat di mana di situ sudah dirancang untuk pegangannya, kami pun langsung memulai memberi makan ikan dengan roti tawar yang kami bawa tadi. Oh iya, jangan lupa ya untuk selalu berpeganyan. Karena di dalam laut juga ada arus airnya yang bisa menghempaskan kita. Di dalam air, kami juga sempat mengabadikan momen penyelaman kami.
Diving

Setelah selesai menyelam, kami pun langsung kembali ke pantai. Di perjalanan menuju pantai, saya merasa agak mual. Mungkin, mabuk perjalanan kali! Pas sesampainya di pantai dan berganti pakaian, akhirnya saya muntah. Mungkin karena saya terlalu banyak makan ditambah dengan tekanan di bawah laut. Petugasnya pun mencoba untuk membantu saya. Bukan cuma itu, dia juga ngasih kantong plastik karena khawatir bakalan muntah lagi di jalan.

Setelah selesai watersport activity, akhirnya kami berangkat menuju ke bandara. Temen-temen saya yang gak ikut minta oleh-oleh Joger, tapi waktunya gak memungkinkan. Bahkan, saya pun gak sempet singgah di pantai Kuta. Kami menuju ke bandara dengan melewati tol Mandara (tol yang sama ketika menuju ke Tanjung Benoa). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam (macet), akhirnya kami tiba di bandara I Gusti Ngurah Rai. Dan akhirnya, kami pun berpisah dengan driver yang menemani kami selama 2 hari di Bali.
Tiba di Terminal Kedatangan

Setibanya di bandara, kami langsung menuju ke counter check-in. Gila, antriannya banyak banget. Maklum lah, banyak para penumpang yang pulang di sore hari. Di bandara, kami juga sempat berjumpa dengan wisatawan dari Teluk Jambe, Karawang. Haha, akhirnya ketemu juga dengan warga 1 kota. Bukan cuma itu, di bandara juga terdapat replika barong yang biasa dijadikan objek foto. Setelah proses check-in selesai, kami pun langsung menuju ke ruang tunggu.
Check-In

Di bandara I Gusti Ngurah Rai tidak ada lounge yang memberikan fasilitas layanan check-in. Karena, lounge-nya hanya ada di bagian ruang tunggu yang berderet dengan restaurant dan toko souvenir. untuk menuju ke ruang tunggu, kita harus melakukan check-in terlebih dahulu. Tapi, ada 1 lounge yang terdapat di bagian luar yaitu lounge milik maskapai Garuda Indonesia. Lounge ini diperuntukan khusus penumpang Garuda Indonesia. Bahkan ada fasilitas layanan check-in juga (tanpa harus ngantri di counter check-in).

Kali ini, kami menggunakan pesawat Lion Air menuju ke Bandung dengan nomor penerbangan JT-903 dengan waktu keberangkatan pukul 19.40 WITA. Gerbang keberangkatan pesawat kami berada di gerbang nomor 18. Sambil menunggu boarding call, saya memilih untuk menggunakan fasilitas ruang tunggu eksekutif yang ada di sini. Biayanya sekitar Rp. 75.000/ orang. Namun temen saya Rendi mendapatkan layanan gratis karena punya kartu kredit.

Lounge-nya tempatnya terlalu kecil dan bahkan saya harus menunggu giliran tempat duduk. Hhhmmmm.....!!! BT juga sih!!! Tapi, dinikmatin aja lah!!! Tidak banyak pilihan makanan di sini. Pantas saja harganya juga murah! Namun begitu, saya gak mau nyebutin nama lounge-nya. Tak lama kemudian panggilan boarding pesawat kami pun terdengar. Langsung deh kami bergegas menuju ke gerbang nomor 18.

Perlu diingat!!! Rata-rata penerbangan domestik di sini itu menggunakan shuttle bus menuju ke pintu pesawat. Karena aviobridge diprioritaskan untuk penerbangan Internasional. Ingat lho!!! Jangan sampai anda terlambat menuju ke pintu keberangkatan anda. Bisa jadi, anda akan ketinggalan pesawat anda. Bahkan, ketika saya tiba di gerbangnya, waktu itu sudah menggunakan bus ke-2.

Eh, di bis saya ketemu lagi sama orang bule. Lalu, saya minta difoto bareng dia. You know what? Dia adalah mahasiswa yang ikut program exchange di ITB (Institut Teknologi Bandung) selama 1 bulan. kocaknya lagi waktu dia coba ngomong bahasa Indonesia ke saya. Bahasa Indonesianya agak terbata-bata dan bikin saya gak ngerti dengan bahasa negara saya sendiri. Overall, saya salut sama dia yang mencoba belajar bahasa Indonesia.
Foto Bareng Bule

Beberapa menit kemudian, bisnya pun mulai bergerak menuju ke depan pintu pesawat kami. Setelah itu, kami pun langsung masuk ke dalam pesawat. Namun, saya kayaknya salah pilih kursi selaku web check-in. Pesawat yang saya naiki ini berjenis BOEING 737-800 ER. Saya duduk di kursi yang hampir tidak ada kacanya. Maklum lah, ini pertama kalinya saya naik pesawat BOEING. Mau gak mau saya harus duduk di tempat itu. Tak lama kemudian, pesawat kami pun terbang.

Pemandangan malam hari memang sangat indah. Kita bisa melihat cahaya lampu dari bangunan-bangunan dan kendaraan-kendaraan di bawah. Setelah beberapa menit mengudara, saya iseng pergi ke toilet. Di sana saya cuma survey toilet-nya aja. Hehe. Yang saya bingung waktu nyari tombol untuk wastafle-nya. Saya malah salah pencet hingga menyalakan panggilan pramugari *norak*. Akhirnya pramugarinya datang sambil membukakan pintu dari luar (yang saya kunci dari dalam). Untung saya berpakain lengkap. Kalau saya lagi buang air, pasti malunya minta ampun.

Setelah itu, saya minta maaf ke pramugarinya karena salah pencet,. Akhirnya saya kembali ke tempat duduk saya. Setelah kembali ke tempat duduk, saya akhirnya tertidur hingga lampu tanda sabuk pengaman dinyalakan dan pengumuman pendaratan terdengar. Sebelum mendarat, saya melihat pemandangan perbukitan khas Bandung terlihat remang, tapi tol Cipularang terlihat jelas dari atas. Pokoknya indah banget deh! Tak lama kemudian pesawat kami pun mendarat.

Setelah mendarat, kami langsung menuju ke terminal kedatangan dan menunggu bagasi kami di sana. Gila, sumpek banget tempatnya karena sempit. Apalagi conveyor-nya hanya beberapa meter saja. Itu pun tidak dibuat melingkar. Akhirnya, banyak tas yang menumpuk di ujung conveyor. Sampai-sampai, kami kebingungan mencari box oleh-oleh teman saya (dari Krisna) karena banyak box yang sama (banyak yang belanja di Krisna), hanya saja nama di labelnya berbeda.

Setelah mengambil barang-barang kami, akhirnya kami menuju ke pintu keluar dan menunggu kakak ipar saya menjemput. Sambil menunggu, saya pergi ke restaurant cepat saji yang lokasinya di seberang terminal kedatangan untuk membeli minum. Tak lama, kakak ipar saya pun tiba. Akhirnya berangkatlah kami pulang menuju ke kota Karawang. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari kota Bandung, akhirnya tibalah kami di kota Karawang. Sesampainya di rumah, saya langsung tidur karena merasa lelah dan ngantuk.

Selesai.

Mungkin itu saja sob yang bisa saya ceritakan. Semoga cerita saya ini bisa bermanfaat bagi kalian semua.
Terima Kasih.

Jumat, 18 April 2014

Satu Hari di Jogjakarta

Hai sobat semua,

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya berlibur selama satu hari di Yogyakarta. Ceritanya dimulai ketika ada program promo Air Asia dengan fare Rp. 170.000-an plus bagasi 15kg Rp. 40.000 (dengan biaya-biaya jadi R. 219.000). Maklumlah, biasa kalo yang reguler di atas Rp. 400.000-an. Karena saya belum pernah naik pesawat, akhirnya saya putuskan untuk membelinya sekaligus ingin tahu bagaimana rasanya naik pesawat.

Karena promo untuk hari minggunya waktu itu sudah habis, akhirnya saya putuskan untuk membeli tiketnya di hari sabtu, tanggal 11 Januari 2014. Tiket yang saya beli adalah tiket untuk pulangnya saja, berangkatnya saya putuskan untuk naik kereta. Karena, kalau berangkatnya naik pesawat yang sabtu pagi, saya harus charter mobil buat ke bandaraya. Maklumlah, gak ada kendaraan dari Karawang ke bandara Soekarno-Hatta yang berangkat tengah malam.

Setelah sayamendapatkan tiket pesawat promonya, giliran saya mencari tiket kereta apinya. Saya memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta via Cirebon dengan naik Ciremai Ekspres dan transit di Cirebon. Dari Cirebon, ada 3 pilihan kereta yang bisa saya pilih setelah saya naik Ciremai Ekspres menuju ke Yogyakarta. Argo Lawu (eksekutif), Taksaka Malam (eksekutif), dan Senja Utama Yogya (bisnis).

Saya putuskan untuk menaiki kereta Argo Lawu atau Taksaka karena keretanya adalah kereta kelas eksekutif. Soalnya, saya pernah punya pengalaman buruk pas waktu naik kelas ekonomi. Meskipun Senja Utama Yogya udah kelas bisnis, tapi saya gak mau naik yang itu. Kemudian, saya langsung mengecek ketersediaan tiketnya di website PT. KAI di http://www.kereta-api.co.id.

Tiket yang saya pertama beli adalah tiket Ciremai Ekspres dari Cikampek menuju ke Cirebon. Saya beli tiketnya untuk kelas eksekutif yang harganya Rp. 40.000 dengan pemilihan tempat duduk sendiri. Saya pilih window seat di nomor 6A. Saya beli tiketnya via Call Center biar gampang dan gak harus input data lagi (soalnya data penumpang atas nama saya sudah terdaftar di sana).

Setelah saya membeli tiket Ciremai Ekspres, akhirnya saya putuskan untuk naik Taksaka Malam. Sialnya, saya kehabisan tiket untuk harga terendahnya dengan subclass J yang tempat duduknya di atas boogie. Meskipun kurang begitu nyaman di bagian itu, tapi saya juga berharap bisa dapat tiket dengan harga terendahnya.

Ya udahlah, saya putuskan untuk nunggu promo bulan Januari muncul seraya mengecek website-nya setiap hari. Beberapa hari kemudian, saya kaget ketika melihat kenyataan bahwa harga tiket terendahnya muncul lagi dan tersisa 1. Kalo prediksi saya sih mungkin ada penumpang yang batal berangkat. Saat itu juga langsung saya ambil HP dan telpon ke call center KAI di 121 (kalo pake ponsel jangan lupa pake kode 021).

Dengan nada yang ramah, petugas call center melayani saya. Lalu, saya tanyakan lagi ke petugasnya mengenai ketersediaan kursi untuk yang harganya Rp.255.000  Untungnya, tuh tiket belum ada yang booking dan bahkan tempat duduknya di kursi 3A (window seat). Langsung deh saya minta booking-in ke petugasnya. Setelah selesai melakukan pemesanan, saya langsung pergi ke Alfamart buat bayar tiketnya.

Hari H (10 Januari 2014)

Hari ini saya sebenarnya ada tugas lembur kerja, tapi saya putuskan untuk tidak mengambilnya karena saya harus packing dan menyiapkan itinerary sebelum berangkat ke Yogyakarta. Saya minta izin terlebih dahulu ke atasan saya untuk tidak ikut lembur kerja soalnya saya juga takut ketinggalan kereta. Untungnya, atasan saya pun mengzinkannya.

Pukul 16.30 WIB saya pulang kerja dan langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung mandi dan packing seluruh keperluan saya. Setelah selesai packing, saya langsung berpamitan kepada umi saya. Tapi umi saya lebay banget, dia ampe nangis segala. Haha... Itulah naluri seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Dan karena ini juga pertama kalinya dan mungkin perjalanan terjauh yang pernah saya lakukan.

Setelah selesai berpamitan, saya langsung diantar menuju ke stasiun Cikampek oleh keponakan saya. Sesampainya di stasiun, saya langsung verifikasi data ke petugasnya dan menunggu kereta Ciremai Ekspres-nya. Di jadwalnya tertera pukul 20.22 WIB. Tak lama kemudian keretanya pun datang. Kaget juga sih pas lihat Ciremai Ekspres udah ada perbaikan. Yang ini lebih bagus dari yang terakhir saya naiki.

Dulu, Ciremai Ekspres itu gerbong kelas eksekutif-nya hanya 2, dan sekarang ditambah jadi 3 gerbong. Dan kelas ekonomi dulu 2 gerbong dan sekarang hanya 1 gerbong. Maklumlah, peminat kelas eksekutif lebih banyak daripada kelas ekonomi. Bahkan menu makanannya sekarang udah high class dengan harga yang sedikit mahal. (maklum, saya selalu makan minimal 1 menu di kereta).

Saya seharusnya duduk di kursi 6A, tetapi penumpang yang duduk di kursi 6B malah duduk di tempat saya. Saya gak bisa berbuat apa-apa dan saya juga gak mau bikin keributan hanya karena masalah tempat duduk. Tapi sumpah, saya paling suka sama window seat. Tak lama kemudian, kereta pun mulai berangkat.

Saya makin penasaran sara gerbong restorasinya. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke gerbong tersebut dan makan di sana. Saya memesan nasi goreng dan minuman susu Milo. Rame juga di sana. Bahkan yang duduk di sana kebanyakan penumpang kelas ekonomi yang ogah duduk di kursi mereka. Kursi mereka juga gak bisa diputar 160 derajat.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya saya tiba di  Cirebon. Di Cirebon, saya langsung menuju ke luar area stasiun untuk wisata kuliner di sekitar area stasiun. Kebetulan kereta terusan saya (Taksaka Malam) berangkatnya pukul 23.48 WIB. Jadi, saya masih punya waktu sekitar satu setengah jam-an lagi untuk menikmati kota Cirebon. Saya memilih untuk makan empal gentong. Jujur saja, makanan ini belum pernah saya coba sebelumnya. Kalo cita rasanya, sudah pernah saya coba di produk mie instant.
Stasiun Cirebon


Saya makan di salah satu warung kecil persis di seberang stasiun. Harganya juga murah, hanya Rp.20.000/ porsi. Setelah selesai makan, saya langsung kembali ke stasiun sembari menunggu kereta Taksaka Malam yang menuju ke Yogyakarta. Saya menunggu di ruang tunggu persis di depan apron stasiun.

Tak lama kemudian, kereta saya pun datang. Saya langsung naik ke kereta dan mencari tempat duduk saya. Entah saya penumpang satu-satunya yang naik dar Cirebon atau mungkin saya kurang memperhatikan, saya adaalah satu-satunya penumpang yang naik dari Cirebon. Saya duduk di kursi 3A (window seat) gerbong ke-1. Kebetulan penumpang di sebelah saya (3B) duduknya tetap di tempat dia. Jadi, saya bisa duduk di dekat jendela yang memang itu tempat duduk saya.

Penumpang di samping saya ternyata adalah rombongan dari Jakarta yang berlibur ke Yogyakarta. Tapi saya jadi mengambil kesimpulan kalau tempat duduk saya adalah tempat duduk yang sebelumnya pernah dipesan teman mereka yang batal berangkat. Saya pun langsung duduk di kursi 3A.

Di perjalanan, saya tertidur dan kadang sesekali terbangun karena guncangan dan suara kereta. Meskipun begitu, saya sangat menikmati perjalanan ini. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4,5 jam. Akhirnya saya tiba di Yogyakarta. Keretanya mengalami keterlambatan kedatangan sekitar beberapa menit dari yang dijadwalkan.

Setelah tiba di Stasiun Tugu, saya langsung berjalan kaki dan bertanya kepada tukang becak mengenai halte Trans Jogja untuk menuju ke Candi Prambanan. Tak disangka juga saya ternyata melewati Tugu Yogyakarta yang kebetulan menjadi salah satu icon kota Yogyakarta. Langsung deh saya sempetin fotoTugu tersebut.

Setelah selesai berfoto, saya langsung bertanya ke orang-orang di sekitar pasar dekat Tugu Yogyakarta mengenai halte Trans Jogja. Setelah mendapatkan informasinya, saya langsung menuju ke halte Trans Jogja. Jaraknya hanya beberapa ratus meter dari bunderan Tugu Yogyakarta. Sampai sana ternyata haltenya belum buka. Mereka bilang, haltenya buka mulai pukul 06.30 WIB.
Halte Trans Jogja

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya petugasnya datang dan membuka haltenya. Saya pun langsung membeli tiketnya seharga Rp. 3.500. Untuk menuju ke Candi Prambanan, saya harus naik 2 kali bis Trans Jogja (1 kali transit). Meskipun begitu, untuk naik bis yang ke-2 saya tidak perlu bayar lagi alias bayarnya hanya 1 kali saja, bahkan untuk ke semua rutenya.

Tak lama kemudian, bisnya pun datang. Saya pun langsung naik bis tersebut. Saya lupa petugasnya nyuruh saya turun di mana. Pas liat petanya pun saya bener-bener gak ngerti walaupun udah dijelasin beberapa kali sama mbaknya. Tapi saya salut sama dia karena dia mau mengajarkan saya dengan baik. Akhirnya, saya pun naik bis tersebut. Saya lupa kode bis yang saya naiki.

Setelah beberapa menit, tibalah saya di halte (entah di mana), saya pun langsung turun. Lalu saya bertanya lagi kepada petugas dan orang di sekitar helte. Mereka pun memberitahu saya mengenai bisnya. Tak lama saya diberitahukan untuk naik bis (lupa kodenya) yang ke arah Prambanan. Kata mereka saya gak usah bayar lagi dengan catatan saya belum keluar halte.

Saya langsung naik lagi, dan beberapa menit kemudian tibalah di sebuah halte lagi (saya juga gak tahu nama lokasinya). Petugasnya langsung teriak "Prambanan... Prambanan...". Saya langsung turun dakn keluar halte. Lalu saya tanya lokasi Prambanan di mana. Lalu, mereka memberitahukan saya bahwa Prambanan masih jauh dan harus naik bis Trans Jogja lagi. Hadeuh...!!! Berarti maksud teriakan petugas di bis tadi tuh ngasih tahu ke calon penumpang di halte dan bukannya udah nyampe Prambanan. *sayanya yang salah paham hehe...*.

Akhirnya, saya langsung masuk ke halte lagi. Kali ini saya harus bayar karena saya tadi sudah keluar dari halte. Saya juga tanya ke petugsanya bis yang ke arah Prambanan. Lalu dia ngasih tau nomor bisnya dan dia bilang saya gak harus turun lagi karena tujuan akhirnya memang di Candi Prambanan. Tak lama kemudian, bisnya datang dan saya pin langsung naik. Bisnya juga melewati beberapa halte termasuk bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Tak lama kemudian, tibalah saya di halte dekat pasar (Persis di seberang tempat wisata Candi Prambanan).

Saya kemudian turun dan berjalan kaki mencari pintu masuk ke kawasan Candi Prambanan. Agak jaug juga sih!!! Tapi saya sangat menikmati perjalanan ini. Apalagi, ketika saya melewati gapura perbatasan Yogyakarta-Klaten. Setelah beberapa menit berjalan kaki, tibalah saya di kawasan Candi Prambanan. Saya pun langsung mencari ticket counter untuk membeli entrance ticket-nya. Setelah membeli tiketnya (Kalo gak salah Rp. 30.000). Saya pun langsung masuk ke kawasan tersebut
Perbatasan Klaten-Yogyakarta


Pas saya masuk, tempatnya masih sepi. Boleh dibilang saya adalah pengunjung ke-4 (kalo dalam kategori rombongan). Tapi, hal ini justru menguntungkan saya karena saya bisa mengeksplor tempat tersebut tanpa harus terganggu dengan pengunjung lain. Sebelum masuk ke Prambanan, saya juga diharuskan memakai sarung yang telah disediakan pengelola (gratis).

Wearing sarong


Setelah memakai sarung, akhirnya saya langsung menuju ke Candi Prambanan. Candinya begitu megah dan menjulang tinggi. Saya pun mencoba mengunjungi beberapa bagian dalam candi. Agak ngeri juga sih sendirian masuk. Soalnya gelap banget meskipun udah pagi. Karena cahaya mataharinya pun gak bisa masuk ke dalamnya.
Di dalam candi Prambanan


Di kawasan ini bukan hanya ada candi Prambanan saja, tapi juga banyak candi-candi lainnya. Setelah selesai mengunjungi Candi Prambanan, saya pun langsung ke Candi lainnya yang memang berada di kawasan Candi Prambanan juga. Di sini juga terdapat museum dan ruang audio visual yang menceritakan tentang sejarah Candi Prambanan.

Saya penasaran dengan isi benda yang ada di musiumnya. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke museum tersebut (tanpa biaya tambahan). Di museum tersebut terdapat beberapa barang peninggalan bersejarah yang usianya sudah cuckup tua. Museumnya terbilang cukup dingin dengan pendingin ruangan di mana-mana. Pokoknya nyaman deh!!!

Museum

Tak lama kemudian, saya tiba di ruang audio visual (masih di dalam museum). Untuk masuk ke ruangan audio visual kita dikenakan biaya Rp.10.000. Ruangannya dapat menampung hingga puluhan orang dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Sambil menonton tayangan mengenai sejarah Candi Prambanan, saya juga meminta izin untuk ikut charging baterai kamera saya yang memang sudah habis.

Setelah selesai menonton tayangan mengenai candi Prambanan dan charging kamera saya, saya pun langsung melangkah keluar area musium. Saya bingung harus ke mana lagi. Akhirnya, saya melangkah menuju jalan keluar area kawasan Candi Prambanan. Sebelum keluar, saya mampir dulu ke toko souvenir yang ada di kawasan Candi Prambanan. Tenang, harganya juga miring kok!!! Tapi ingat, anda harus pintar menawar supaya gak kemahalan dan bisa beli banyak barang. Saya membeli miniatur candi Prambanan dan gantungan kunci. Selain itu, di sini juga ada yang menjual makanan khas Jogja.

Setelah belanja oleh-oleh khas Jogja. Saya langsung pergi ke bandara. Saya pun harus berjalan kaki sekitar beberapa ratus meter menuju ke pasar dekat halte Prambanan. Di sana, saya langsung mencari kamar mandi untuk mandi. Maklum lah, saya belum mandi. Hehe.... Setelah mandi, saya langsung menuju halte TransJogja dan langsung pergi menuju ke bandara.

Sesampainya di bandara, saya langsung menuju ke ticketing office AirAsia. Tujuannya untuk memilih tempat duduk di pesawat (extra charge). Saya memilih window seat nomor 9F persis di bagian depan sayap yang harganya Rp 30.000. Pengennya sih di hot seat yang exit row. Tapi mahal banget, harganya Rp. 120.000. Setelah saya memilih tempat duduk, saya langsung mencari executive lounge.

Mata saya melihat ada tulisan Blue Sky Executive Lounge. Hhmmm... Pernah saya baca di internet. Akhirnya, saya putuskan melangkahkan kaki saya untuk masuk ke Blue Sky Executive Lounge. Pertama kalinya sih saya masuk ke Executive Lounge. Ini juga pertama kalinya saya naik pesawat. Oh, iya! lounge ini juga menyediakan jasa check-in lho!!! Jadi, kita gak perlu ikut antri. Intinya, kita tinggal duduk manis, makan, dan minum sepuasnya. Yang urus keperluan check-in (termasuk bagasi) itu adalah petugas lounge-nya.
Blue Sky Executive Lounge


Biaya untuk menikmati ruang tunggu eksekutif (Executive Lounge) Blue Sky adalah Rp. 85.000. Sekalian deh minta jasa check-in dan bayar pajak bandara Rp. 35.000 (total Rp. 120.000). Untuk proses chek-in, kita diharuskan untuk memberikan identitas asli. Dan pada saat pesawat boarding, kita bakalan dipanggil dan diberikan boarding pass-nya.

Bukan cuma itu saja lho!!! Untuk masuk ke pesawat, kita disediakan jalur antrian khusus. Jadi, kita gak usah ikut antrian panjang di boarding gate. Bahkan, untuk sampai di depan pintu pesawatnya pun kita akan diantar dengan mobil milik Blue Sky Executive Lounge. Jadi, kita gak perlu capek-capek jalan kaki untuk menuju ke pesawat. Kalau pesawatnya diparkir jauh dari lounge, gak perlu khawatir kan!!!!


Jam masih menunjukan pukul 11.00 WIB. Sementara penerbangan saya itu pukul 16.05 WIB. Jadi, masih harus nunggu 5 jam-an lagi. Haha....!!! Tapi gak apa2, nunggunya kan sambil ngeliatin pesawat yang lagi taxi. Seru juga sih ngeliating ground service staff yang sibuknya minta ampun. Oh iya, di lounge ini juga terdapat kaca yang pemandangannya langsung tembus ke tempat parkir dan landasan pacu pesawat.


Selama di lounge, saya hanya menghabiskan waktu dengan makan dan nonton TV. Makanan di sini cukup lengkap. Mulai dari makanan ringan sampai berat pun semuanya tersedia. Namun yang saya suka itu tempe gorengnya yang yummy banget. Apalagi kita juga bisa lihat proses penggorengannya. Minumannya juga cukup beragam, mulai dari teh sampai jus semuanya tersedia di sini. Bukan cuma itu aja, di sini juga disediakan fasilitas charge gratis dan dan internet gratis

Selfie di lounge

Setelah menunggu selama 5 jam, tibalah waktunya untuk boarding. Petugas lounge langsung memberikan boarding pass dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli yang tadi dipinjam untuk proses check-in. Setelah itu, saya langsung menuju ke gerbang keberangkatan. Oh iya! gerbang keberangkatan saya beda sama penumpang lain. Gerbang keberangkatannya yaitu melalui pintu belakang Executive Lounge. Tapi, pemeriksaannya sama seperti di boarding gate yang lain.

Saya naik pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7551. sesuai dengan peraturan, yang masuk ke pesawat terlebih dahulu adalah penumpang dengan fasilitas tempat duduk hot seat dan hi-flyer. Namun karena antrian saya berbeda, pada kenyataannya saya lah penumpang pertama yang masuk ke pesawat. Padahal saya duduk di standard seat. Asyiikkkk!!!! Tadinya saya mau diantar dengan mobil sampai ke depan pintu pesawat oleh petugas lounge. Namun, saya menolaknya dan lebih memilih jalan kaki karena jaraknya juga tidak terlalu jauh.
Belum penumpang ada yang naik ke pesawat

Setelah masuk ke pesawat, saya langsung mencari tempat duduk saya. Saya duduk di kursi 9F. Penumpang di sebelah saya adalah seorang ibu (9D) dan anak laki-lakinya yang masih berumur belasan tahun (9E). Tak lama kemudian, pesawat pun bergerak dan menuju landasan pacu. Peragaan keselamatan pun dimulai. Namun tiba-tiba, ada air menetes persis di atas kepala ibu tersebut. Sontak dia juga kebingungan apa yang menetes. Namun, saya juga ikut mengamati apa yang sebenarnya menetes.
 
Pramugara dan pramugari Air Asia langsung deh nyariin tissue buat lap yang basah dan menyumpal lobang yang bocor tersebut. Karena peragaan keselamatan sudah dimulai, akhirnya saya sarankan kepada pramugarinya untuk memindahkan si ibu ke tempat duduk yang masih kosong. Namun, mereka tampaknya kurang respon. Singkat cerita, si ibu tetap duduk di tempatnya sampai pesawat take off.


Setelah lampu tanda sabuk pengaman dipadamkan, pramugari langsung membuka overhead compartement karena memang airnya menetes dari sana. Mereka pun meminta si ibu dan anaknya untuk pindah ke kursi hot seat. Usut punya usut, ternyata air tersebut berasal dari salah satu tas penumpang. Ketika di tanyakan kepada para penumpang mengenai siapa pemilik tas tersebut, tak satu pun dari mereka yang mengakuinya. Sementara pramugari tidak berani membukanya karena itu adalah barang milik penumpang.

Karena tak ada satu penumpang pun yang mengaku, akhirnya tas tersebut dibawa oleh pramugarinya. Bahkan, salah satu penumpang pun menyarankan kepada pramugarinya untuk membuka tas tersebut. Ternyata, air tersebut merasal dari botol minuman yang tidak tertutup rapat hingga akhirnya menimbulkan kebocoran. Haduhhh!!!! Ada-ada saja.

Eh saya lupa cerita pas waktu take off. Take off-nya berjalan mulus di tengah cuaca mendung. Namun, pesawat pun dibelokkan ke kiri dengan tajam. Mungkin, untuk menghindari cuaca buruk kali. Ngeri sih!!! Tapi sumpah, keren abis sensasinya!!! Entah kenapa saya jadi terpaku gitu. Maklum lah, ini pertama kalinya saya naik pesawat *norak*. Bahkan, saya gak ada perasaan khawatir sama sekali ketika terjadi turbulensi.


Setelah 1 jam terbang, akhirnya tibalah saya di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Setelah tiba, saya langsung menuju ke tempat claim bagasi saya. Setelah mengambil tas saya, akhirnya saya melangkah menuju ke pintu keluar. Namun, saya mampir dulu ke toilet yang ada di lantai 2. Toiletnya cukup bersih dan nyaman. Bahkan hampir setiap saat dibersihkan. Selain itu, ada pula tempat penyimpanan untuk barangnya juga.

Setelah ke toilet, akhirnya saya putuskan naik bis untuk pulang ke Karawang. Saya naik bis Primajasa (Executive Class) yang transit di rest area KM 57 Klari, Karawang. Biayanya kalo tidak salah RP. 95.000 (agak lupa). Tapi, ada pengalaman pahitnya juga. Ketika terjadi hujan, ada rembesan air dari atas persis di lobang AC (Air Conditioner). Mau pindah, tapi gak ada tempat lagi selain di ruang smoking area. Haduh!!! Hari ini mungkin temanya bocor kali!!! Hehe...

Setelah menempuh perjalanan kurang dari 3 jam, tibalah saya di rest area KM 57. Setelah saya turun dari bis, saya langsung melanjutkan perjalanan dengan naik kendaraan umum. Dan akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 20.30 WIB.

Perjalanan kali ini benar-benar akan menjadi pengalaman yang berharga bagi saya. Terima kasih ya sob udah baca ceritanya dari awal sampai akhir. Semoga dapat membantu sobat semuanya!!!
Thanks.

BERLIBUR KE LOMBOK HAMPIR KETINGGALAN PESAWAT DAN KETINGGALAN KERETA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai sobat traveler semuanya... Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang liburan sa...