PayPal

Jumat, 18 April 2014

Satu Hari di Jogjakarta

Hai sobat semua,

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya berlibur selama satu hari di Yogyakarta. Ceritanya dimulai ketika ada program promo Air Asia dengan fare Rp. 170.000-an plus bagasi 15kg Rp. 40.000 (dengan biaya-biaya jadi R. 219.000). Maklumlah, biasa kalo yang reguler di atas Rp. 400.000-an. Karena saya belum pernah naik pesawat, akhirnya saya putuskan untuk membelinya sekaligus ingin tahu bagaimana rasanya naik pesawat.

Karena promo untuk hari minggunya waktu itu sudah habis, akhirnya saya putuskan untuk membeli tiketnya di hari sabtu, tanggal 11 Januari 2014. Tiket yang saya beli adalah tiket untuk pulangnya saja, berangkatnya saya putuskan untuk naik kereta. Karena, kalau berangkatnya naik pesawat yang sabtu pagi, saya harus charter mobil buat ke bandaraya. Maklumlah, gak ada kendaraan dari Karawang ke bandara Soekarno-Hatta yang berangkat tengah malam.

Setelah sayamendapatkan tiket pesawat promonya, giliran saya mencari tiket kereta apinya. Saya memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta via Cirebon dengan naik Ciremai Ekspres dan transit di Cirebon. Dari Cirebon, ada 3 pilihan kereta yang bisa saya pilih setelah saya naik Ciremai Ekspres menuju ke Yogyakarta. Argo Lawu (eksekutif), Taksaka Malam (eksekutif), dan Senja Utama Yogya (bisnis).

Saya putuskan untuk menaiki kereta Argo Lawu atau Taksaka karena keretanya adalah kereta kelas eksekutif. Soalnya, saya pernah punya pengalaman buruk pas waktu naik kelas ekonomi. Meskipun Senja Utama Yogya udah kelas bisnis, tapi saya gak mau naik yang itu. Kemudian, saya langsung mengecek ketersediaan tiketnya di website PT. KAI di http://www.kereta-api.co.id.

Tiket yang saya pertama beli adalah tiket Ciremai Ekspres dari Cikampek menuju ke Cirebon. Saya beli tiketnya untuk kelas eksekutif yang harganya Rp. 40.000 dengan pemilihan tempat duduk sendiri. Saya pilih window seat di nomor 6A. Saya beli tiketnya via Call Center biar gampang dan gak harus input data lagi (soalnya data penumpang atas nama saya sudah terdaftar di sana).

Setelah saya membeli tiket Ciremai Ekspres, akhirnya saya putuskan untuk naik Taksaka Malam. Sialnya, saya kehabisan tiket untuk harga terendahnya dengan subclass J yang tempat duduknya di atas boogie. Meskipun kurang begitu nyaman di bagian itu, tapi saya juga berharap bisa dapat tiket dengan harga terendahnya.

Ya udahlah, saya putuskan untuk nunggu promo bulan Januari muncul seraya mengecek website-nya setiap hari. Beberapa hari kemudian, saya kaget ketika melihat kenyataan bahwa harga tiket terendahnya muncul lagi dan tersisa 1. Kalo prediksi saya sih mungkin ada penumpang yang batal berangkat. Saat itu juga langsung saya ambil HP dan telpon ke call center KAI di 121 (kalo pake ponsel jangan lupa pake kode 021).

Dengan nada yang ramah, petugas call center melayani saya. Lalu, saya tanyakan lagi ke petugasnya mengenai ketersediaan kursi untuk yang harganya Rp.255.000  Untungnya, tuh tiket belum ada yang booking dan bahkan tempat duduknya di kursi 3A (window seat). Langsung deh saya minta booking-in ke petugasnya. Setelah selesai melakukan pemesanan, saya langsung pergi ke Alfamart buat bayar tiketnya.

Hari H (10 Januari 2014)

Hari ini saya sebenarnya ada tugas lembur kerja, tapi saya putuskan untuk tidak mengambilnya karena saya harus packing dan menyiapkan itinerary sebelum berangkat ke Yogyakarta. Saya minta izin terlebih dahulu ke atasan saya untuk tidak ikut lembur kerja soalnya saya juga takut ketinggalan kereta. Untungnya, atasan saya pun mengzinkannya.

Pukul 16.30 WIB saya pulang kerja dan langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung mandi dan packing seluruh keperluan saya. Setelah selesai packing, saya langsung berpamitan kepada umi saya. Tapi umi saya lebay banget, dia ampe nangis segala. Haha... Itulah naluri seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Dan karena ini juga pertama kalinya dan mungkin perjalanan terjauh yang pernah saya lakukan.

Setelah selesai berpamitan, saya langsung diantar menuju ke stasiun Cikampek oleh keponakan saya. Sesampainya di stasiun, saya langsung verifikasi data ke petugasnya dan menunggu kereta Ciremai Ekspres-nya. Di jadwalnya tertera pukul 20.22 WIB. Tak lama kemudian keretanya pun datang. Kaget juga sih pas lihat Ciremai Ekspres udah ada perbaikan. Yang ini lebih bagus dari yang terakhir saya naiki.

Dulu, Ciremai Ekspres itu gerbong kelas eksekutif-nya hanya 2, dan sekarang ditambah jadi 3 gerbong. Dan kelas ekonomi dulu 2 gerbong dan sekarang hanya 1 gerbong. Maklumlah, peminat kelas eksekutif lebih banyak daripada kelas ekonomi. Bahkan menu makanannya sekarang udah high class dengan harga yang sedikit mahal. (maklum, saya selalu makan minimal 1 menu di kereta).

Saya seharusnya duduk di kursi 6A, tetapi penumpang yang duduk di kursi 6B malah duduk di tempat saya. Saya gak bisa berbuat apa-apa dan saya juga gak mau bikin keributan hanya karena masalah tempat duduk. Tapi sumpah, saya paling suka sama window seat. Tak lama kemudian, kereta pun mulai berangkat.

Saya makin penasaran sara gerbong restorasinya. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke gerbong tersebut dan makan di sana. Saya memesan nasi goreng dan minuman susu Milo. Rame juga di sana. Bahkan yang duduk di sana kebanyakan penumpang kelas ekonomi yang ogah duduk di kursi mereka. Kursi mereka juga gak bisa diputar 160 derajat.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya saya tiba di  Cirebon. Di Cirebon, saya langsung menuju ke luar area stasiun untuk wisata kuliner di sekitar area stasiun. Kebetulan kereta terusan saya (Taksaka Malam) berangkatnya pukul 23.48 WIB. Jadi, saya masih punya waktu sekitar satu setengah jam-an lagi untuk menikmati kota Cirebon. Saya memilih untuk makan empal gentong. Jujur saja, makanan ini belum pernah saya coba sebelumnya. Kalo cita rasanya, sudah pernah saya coba di produk mie instant.
Stasiun Cirebon


Saya makan di salah satu warung kecil persis di seberang stasiun. Harganya juga murah, hanya Rp.20.000/ porsi. Setelah selesai makan, saya langsung kembali ke stasiun sembari menunggu kereta Taksaka Malam yang menuju ke Yogyakarta. Saya menunggu di ruang tunggu persis di depan apron stasiun.

Tak lama kemudian, kereta saya pun datang. Saya langsung naik ke kereta dan mencari tempat duduk saya. Entah saya penumpang satu-satunya yang naik dar Cirebon atau mungkin saya kurang memperhatikan, saya adaalah satu-satunya penumpang yang naik dari Cirebon. Saya duduk di kursi 3A (window seat) gerbong ke-1. Kebetulan penumpang di sebelah saya (3B) duduknya tetap di tempat dia. Jadi, saya bisa duduk di dekat jendela yang memang itu tempat duduk saya.

Penumpang di samping saya ternyata adalah rombongan dari Jakarta yang berlibur ke Yogyakarta. Tapi saya jadi mengambil kesimpulan kalau tempat duduk saya adalah tempat duduk yang sebelumnya pernah dipesan teman mereka yang batal berangkat. Saya pun langsung duduk di kursi 3A.

Di perjalanan, saya tertidur dan kadang sesekali terbangun karena guncangan dan suara kereta. Meskipun begitu, saya sangat menikmati perjalanan ini. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4,5 jam. Akhirnya saya tiba di Yogyakarta. Keretanya mengalami keterlambatan kedatangan sekitar beberapa menit dari yang dijadwalkan.

Setelah tiba di Stasiun Tugu, saya langsung berjalan kaki dan bertanya kepada tukang becak mengenai halte Trans Jogja untuk menuju ke Candi Prambanan. Tak disangka juga saya ternyata melewati Tugu Yogyakarta yang kebetulan menjadi salah satu icon kota Yogyakarta. Langsung deh saya sempetin fotoTugu tersebut.

Setelah selesai berfoto, saya langsung bertanya ke orang-orang di sekitar pasar dekat Tugu Yogyakarta mengenai halte Trans Jogja. Setelah mendapatkan informasinya, saya langsung menuju ke halte Trans Jogja. Jaraknya hanya beberapa ratus meter dari bunderan Tugu Yogyakarta. Sampai sana ternyata haltenya belum buka. Mereka bilang, haltenya buka mulai pukul 06.30 WIB.
Halte Trans Jogja

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya petugasnya datang dan membuka haltenya. Saya pun langsung membeli tiketnya seharga Rp. 3.500. Untuk menuju ke Candi Prambanan, saya harus naik 2 kali bis Trans Jogja (1 kali transit). Meskipun begitu, untuk naik bis yang ke-2 saya tidak perlu bayar lagi alias bayarnya hanya 1 kali saja, bahkan untuk ke semua rutenya.

Tak lama kemudian, bisnya pun datang. Saya pun langsung naik bis tersebut. Saya lupa petugasnya nyuruh saya turun di mana. Pas liat petanya pun saya bener-bener gak ngerti walaupun udah dijelasin beberapa kali sama mbaknya. Tapi saya salut sama dia karena dia mau mengajarkan saya dengan baik. Akhirnya, saya pun naik bis tersebut. Saya lupa kode bis yang saya naiki.

Setelah beberapa menit, tibalah saya di halte (entah di mana), saya pun langsung turun. Lalu saya bertanya lagi kepada petugas dan orang di sekitar helte. Mereka pun memberitahu saya mengenai bisnya. Tak lama saya diberitahukan untuk naik bis (lupa kodenya) yang ke arah Prambanan. Kata mereka saya gak usah bayar lagi dengan catatan saya belum keluar halte.

Saya langsung naik lagi, dan beberapa menit kemudian tibalah di sebuah halte lagi (saya juga gak tahu nama lokasinya). Petugasnya langsung teriak "Prambanan... Prambanan...". Saya langsung turun dakn keluar halte. Lalu saya tanya lokasi Prambanan di mana. Lalu, mereka memberitahukan saya bahwa Prambanan masih jauh dan harus naik bis Trans Jogja lagi. Hadeuh...!!! Berarti maksud teriakan petugas di bis tadi tuh ngasih tahu ke calon penumpang di halte dan bukannya udah nyampe Prambanan. *sayanya yang salah paham hehe...*.

Akhirnya, saya langsung masuk ke halte lagi. Kali ini saya harus bayar karena saya tadi sudah keluar dari halte. Saya juga tanya ke petugsanya bis yang ke arah Prambanan. Lalu dia ngasih tau nomor bisnya dan dia bilang saya gak harus turun lagi karena tujuan akhirnya memang di Candi Prambanan. Tak lama kemudian, bisnya datang dan saya pin langsung naik. Bisnya juga melewati beberapa halte termasuk bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Tak lama kemudian, tibalah saya di halte dekat pasar (Persis di seberang tempat wisata Candi Prambanan).

Saya kemudian turun dan berjalan kaki mencari pintu masuk ke kawasan Candi Prambanan. Agak jaug juga sih!!! Tapi saya sangat menikmati perjalanan ini. Apalagi, ketika saya melewati gapura perbatasan Yogyakarta-Klaten. Setelah beberapa menit berjalan kaki, tibalah saya di kawasan Candi Prambanan. Saya pun langsung mencari ticket counter untuk membeli entrance ticket-nya. Setelah membeli tiketnya (Kalo gak salah Rp. 30.000). Saya pun langsung masuk ke kawasan tersebut
Perbatasan Klaten-Yogyakarta


Pas saya masuk, tempatnya masih sepi. Boleh dibilang saya adalah pengunjung ke-4 (kalo dalam kategori rombongan). Tapi, hal ini justru menguntungkan saya karena saya bisa mengeksplor tempat tersebut tanpa harus terganggu dengan pengunjung lain. Sebelum masuk ke Prambanan, saya juga diharuskan memakai sarung yang telah disediakan pengelola (gratis).

Wearing sarong


Setelah memakai sarung, akhirnya saya langsung menuju ke Candi Prambanan. Candinya begitu megah dan menjulang tinggi. Saya pun mencoba mengunjungi beberapa bagian dalam candi. Agak ngeri juga sih sendirian masuk. Soalnya gelap banget meskipun udah pagi. Karena cahaya mataharinya pun gak bisa masuk ke dalamnya.
Di dalam candi Prambanan


Di kawasan ini bukan hanya ada candi Prambanan saja, tapi juga banyak candi-candi lainnya. Setelah selesai mengunjungi Candi Prambanan, saya pun langsung ke Candi lainnya yang memang berada di kawasan Candi Prambanan juga. Di sini juga terdapat museum dan ruang audio visual yang menceritakan tentang sejarah Candi Prambanan.

Saya penasaran dengan isi benda yang ada di musiumnya. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke museum tersebut (tanpa biaya tambahan). Di museum tersebut terdapat beberapa barang peninggalan bersejarah yang usianya sudah cuckup tua. Museumnya terbilang cukup dingin dengan pendingin ruangan di mana-mana. Pokoknya nyaman deh!!!

Museum

Tak lama kemudian, saya tiba di ruang audio visual (masih di dalam museum). Untuk masuk ke ruangan audio visual kita dikenakan biaya Rp.10.000. Ruangannya dapat menampung hingga puluhan orang dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Sambil menonton tayangan mengenai sejarah Candi Prambanan, saya juga meminta izin untuk ikut charging baterai kamera saya yang memang sudah habis.

Setelah selesai menonton tayangan mengenai candi Prambanan dan charging kamera saya, saya pun langsung melangkah keluar area musium. Saya bingung harus ke mana lagi. Akhirnya, saya melangkah menuju jalan keluar area kawasan Candi Prambanan. Sebelum keluar, saya mampir dulu ke toko souvenir yang ada di kawasan Candi Prambanan. Tenang, harganya juga miring kok!!! Tapi ingat, anda harus pintar menawar supaya gak kemahalan dan bisa beli banyak barang. Saya membeli miniatur candi Prambanan dan gantungan kunci. Selain itu, di sini juga ada yang menjual makanan khas Jogja.

Setelah belanja oleh-oleh khas Jogja. Saya langsung pergi ke bandara. Saya pun harus berjalan kaki sekitar beberapa ratus meter menuju ke pasar dekat halte Prambanan. Di sana, saya langsung mencari kamar mandi untuk mandi. Maklum lah, saya belum mandi. Hehe.... Setelah mandi, saya langsung menuju halte TransJogja dan langsung pergi menuju ke bandara.

Sesampainya di bandara, saya langsung menuju ke ticketing office AirAsia. Tujuannya untuk memilih tempat duduk di pesawat (extra charge). Saya memilih window seat nomor 9F persis di bagian depan sayap yang harganya Rp 30.000. Pengennya sih di hot seat yang exit row. Tapi mahal banget, harganya Rp. 120.000. Setelah saya memilih tempat duduk, saya langsung mencari executive lounge.

Mata saya melihat ada tulisan Blue Sky Executive Lounge. Hhmmm... Pernah saya baca di internet. Akhirnya, saya putuskan melangkahkan kaki saya untuk masuk ke Blue Sky Executive Lounge. Pertama kalinya sih saya masuk ke Executive Lounge. Ini juga pertama kalinya saya naik pesawat. Oh, iya! lounge ini juga menyediakan jasa check-in lho!!! Jadi, kita gak perlu ikut antri. Intinya, kita tinggal duduk manis, makan, dan minum sepuasnya. Yang urus keperluan check-in (termasuk bagasi) itu adalah petugas lounge-nya.
Blue Sky Executive Lounge


Biaya untuk menikmati ruang tunggu eksekutif (Executive Lounge) Blue Sky adalah Rp. 85.000. Sekalian deh minta jasa check-in dan bayar pajak bandara Rp. 35.000 (total Rp. 120.000). Untuk proses chek-in, kita diharuskan untuk memberikan identitas asli. Dan pada saat pesawat boarding, kita bakalan dipanggil dan diberikan boarding pass-nya.

Bukan cuma itu saja lho!!! Untuk masuk ke pesawat, kita disediakan jalur antrian khusus. Jadi, kita gak usah ikut antrian panjang di boarding gate. Bahkan, untuk sampai di depan pintu pesawatnya pun kita akan diantar dengan mobil milik Blue Sky Executive Lounge. Jadi, kita gak perlu capek-capek jalan kaki untuk menuju ke pesawat. Kalau pesawatnya diparkir jauh dari lounge, gak perlu khawatir kan!!!!


Jam masih menunjukan pukul 11.00 WIB. Sementara penerbangan saya itu pukul 16.05 WIB. Jadi, masih harus nunggu 5 jam-an lagi. Haha....!!! Tapi gak apa2, nunggunya kan sambil ngeliatin pesawat yang lagi taxi. Seru juga sih ngeliating ground service staff yang sibuknya minta ampun. Oh iya, di lounge ini juga terdapat kaca yang pemandangannya langsung tembus ke tempat parkir dan landasan pacu pesawat.


Selama di lounge, saya hanya menghabiskan waktu dengan makan dan nonton TV. Makanan di sini cukup lengkap. Mulai dari makanan ringan sampai berat pun semuanya tersedia. Namun yang saya suka itu tempe gorengnya yang yummy banget. Apalagi kita juga bisa lihat proses penggorengannya. Minumannya juga cukup beragam, mulai dari teh sampai jus semuanya tersedia di sini. Bukan cuma itu aja, di sini juga disediakan fasilitas charge gratis dan dan internet gratis

Selfie di lounge

Setelah menunggu selama 5 jam, tibalah waktunya untuk boarding. Petugas lounge langsung memberikan boarding pass dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) asli yang tadi dipinjam untuk proses check-in. Setelah itu, saya langsung menuju ke gerbang keberangkatan. Oh iya! gerbang keberangkatan saya beda sama penumpang lain. Gerbang keberangkatannya yaitu melalui pintu belakang Executive Lounge. Tapi, pemeriksaannya sama seperti di boarding gate yang lain.

Saya naik pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7551. sesuai dengan peraturan, yang masuk ke pesawat terlebih dahulu adalah penumpang dengan fasilitas tempat duduk hot seat dan hi-flyer. Namun karena antrian saya berbeda, pada kenyataannya saya lah penumpang pertama yang masuk ke pesawat. Padahal saya duduk di standard seat. Asyiikkkk!!!! Tadinya saya mau diantar dengan mobil sampai ke depan pintu pesawat oleh petugas lounge. Namun, saya menolaknya dan lebih memilih jalan kaki karena jaraknya juga tidak terlalu jauh.
Belum penumpang ada yang naik ke pesawat

Setelah masuk ke pesawat, saya langsung mencari tempat duduk saya. Saya duduk di kursi 9F. Penumpang di sebelah saya adalah seorang ibu (9D) dan anak laki-lakinya yang masih berumur belasan tahun (9E). Tak lama kemudian, pesawat pun bergerak dan menuju landasan pacu. Peragaan keselamatan pun dimulai. Namun tiba-tiba, ada air menetes persis di atas kepala ibu tersebut. Sontak dia juga kebingungan apa yang menetes. Namun, saya juga ikut mengamati apa yang sebenarnya menetes.
 
Pramugara dan pramugari Air Asia langsung deh nyariin tissue buat lap yang basah dan menyumpal lobang yang bocor tersebut. Karena peragaan keselamatan sudah dimulai, akhirnya saya sarankan kepada pramugarinya untuk memindahkan si ibu ke tempat duduk yang masih kosong. Namun, mereka tampaknya kurang respon. Singkat cerita, si ibu tetap duduk di tempatnya sampai pesawat take off.


Setelah lampu tanda sabuk pengaman dipadamkan, pramugari langsung membuka overhead compartement karena memang airnya menetes dari sana. Mereka pun meminta si ibu dan anaknya untuk pindah ke kursi hot seat. Usut punya usut, ternyata air tersebut berasal dari salah satu tas penumpang. Ketika di tanyakan kepada para penumpang mengenai siapa pemilik tas tersebut, tak satu pun dari mereka yang mengakuinya. Sementara pramugari tidak berani membukanya karena itu adalah barang milik penumpang.

Karena tak ada satu penumpang pun yang mengaku, akhirnya tas tersebut dibawa oleh pramugarinya. Bahkan, salah satu penumpang pun menyarankan kepada pramugarinya untuk membuka tas tersebut. Ternyata, air tersebut merasal dari botol minuman yang tidak tertutup rapat hingga akhirnya menimbulkan kebocoran. Haduhhh!!!! Ada-ada saja.

Eh saya lupa cerita pas waktu take off. Take off-nya berjalan mulus di tengah cuaca mendung. Namun, pesawat pun dibelokkan ke kiri dengan tajam. Mungkin, untuk menghindari cuaca buruk kali. Ngeri sih!!! Tapi sumpah, keren abis sensasinya!!! Entah kenapa saya jadi terpaku gitu. Maklum lah, ini pertama kalinya saya naik pesawat *norak*. Bahkan, saya gak ada perasaan khawatir sama sekali ketika terjadi turbulensi.


Setelah 1 jam terbang, akhirnya tibalah saya di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Setelah tiba, saya langsung menuju ke tempat claim bagasi saya. Setelah mengambil tas saya, akhirnya saya melangkah menuju ke pintu keluar. Namun, saya mampir dulu ke toilet yang ada di lantai 2. Toiletnya cukup bersih dan nyaman. Bahkan hampir setiap saat dibersihkan. Selain itu, ada pula tempat penyimpanan untuk barangnya juga.

Setelah ke toilet, akhirnya saya putuskan naik bis untuk pulang ke Karawang. Saya naik bis Primajasa (Executive Class) yang transit di rest area KM 57 Klari, Karawang. Biayanya kalo tidak salah RP. 95.000 (agak lupa). Tapi, ada pengalaman pahitnya juga. Ketika terjadi hujan, ada rembesan air dari atas persis di lobang AC (Air Conditioner). Mau pindah, tapi gak ada tempat lagi selain di ruang smoking area. Haduh!!! Hari ini mungkin temanya bocor kali!!! Hehe...

Setelah menempuh perjalanan kurang dari 3 jam, tibalah saya di rest area KM 57. Setelah saya turun dari bis, saya langsung melanjutkan perjalanan dengan naik kendaraan umum. Dan akhirnya, saya tiba di rumah sekitar pukul 20.30 WIB.

Perjalanan kali ini benar-benar akan menjadi pengalaman yang berharga bagi saya. Terima kasih ya sob udah baca ceritanya dari awal sampai akhir. Semoga dapat membantu sobat semuanya!!!
Thanks.

BERLIBUR KE LOMBOK HAMPIR KETINGGALAN PESAWAT DAN KETINGGALAN KERETA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai sobat traveler semuanya... Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang liburan sa...