PayPal

Sabtu, 10 Mei 2014

Berlibur Ke Bali

Hai sob!!!
Kali ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya mengenai liburan saya di Bali bersama ibu saya dan teman semasa SMK saya. Simak ya!!!

Kisah ini berawal saat AirAsia mengadakan promo. Bandung-Bali itu hanya Rp.289.000 (belum termasuk biaya bagasi). Iseng-iseng saya coba ngecek jadwal hari libur saya. Setelah saya nemu jadwal hari libur saya, saya langsung mengecek deh harga tiketnya. Saya sendiri memilih tanggal 8-9 Februari 2014 (2 hari doang). Maklumlah, saya juga harus professional dalam bekerja. Jangan sampai liburan saya juga mengganggu semua pekerjaan saya.

Pas saya cek untuk keberangkatan tanggal 8 Februari 2014, ternyata saya nemu untuk keberangkatan pikul 05.40 WIB dengan rute Bandung-Denpasar. Saya lebih memilih terbang dari Bandung karena jaraknya lebih dekat ke kota Karawang. Udah gitu juga gak terlalu sibuk kayak di Soekarno-Hatta. Setelah saya nemu, langsung deh saya buru-buru nelpon call center AirAsia untuk melakukan pemesanan.

Saya booking tiket untuk 2 orang yaitu dengan ibu saya. Setelah saya membeli tiket berangkatnya, saya langsung mencari tiket untuk pulangnya. Tadinya saya mau pilih rute Denpasar-Jakarta, akan tetapi harganya udah mahal. Akhirnya, saya putuskan untuk mengambil rute Denpasar-Bandung saja. Pas searching, saya nemu tiket Lion Air. Harganya sekitar Rp.531.000. Langsung deh saya nelpon call center dan pesen tiketnya.

Setelah saya membeli tiketnya, saya langsung mencari jasa penyewaan mobil di Bali. Pas coba browsing di mbah Google, saya ngeliat postingan di Kaskus jasa sewa mobil Bli Komang. Tanda jadinya cuma Rp.100.000. Sisanya dibayar setelah tur selesai. Awalnya saya juga ragu, tapi banyak banget yang udah kasih testi bagus ke dia. Akhirnya, saya putuskan untuk memesan jasa bli Komang. Kalaupun ketipu, toh cuma Rp. 100.000 doank.

Setelah memesan mobil, tinggal saya memesan hotel untuk menginap di Bali. Kebetulan, saya dapat voucher potongan harga Rp. 200.000 untuk pemesanan hotel di http//:www.tiket.com sebagai hadiah spesial atas pembelian tiket Mandala Airlines yang kebetulan kena cancel flight. Namun, untuk menghemat pengeluaran selama di Bali, saya mengajak temen saya untuk ikut. Akhirnya, temen saya yang namanya Rendi untuk ikut. Dia pun setuju.

Setelah itu, saya lagsung booking tiket pesawatnya lagi buat dia. Setelah booking tiket pesawat, akhirnya saya browsing mengenai hotel yang nantinya akan saya tempati selama di Bali. Kemudian, saya pilih hotelnya yang dekat dengan pura luhur Tanah Lot. Hotelnya sendiri bernama Hotel Coco. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dengan Pura Tanah Lot dan Pura Batu Bolong. Ya, jalan kaki juga bisa!!!

07 Februari 2014

Sepulang kerja, saya langsung berkemas dan menyiapkan itinerary. Semuanya langsung saya masukkan ke dalam koper yang saya pinjam dari kakak saya. Setelah selesai berkemas, saya istirahat sejenak (bukan tidur) sambil menunggu teman saya Rendi yang katanya akan datang ke rumah saya sekitar pukul 00.30 WIB. Dia sebenarnya shift malam, tapi dia minta izin pulang cepet.

08 Februari 2014

Lewat tegah malam, temen saya akhirnya datang juga. Setelah semuanya siap, akhirnya kami pun bergegas pergi. Kami di antar ke bandara oleh kakak ipar saya yang dari Tasikmalaya dengan menggunakan mobil milik kakak ke-2 saya. Kami berangkat sekitar pukul 01.30 malam. Maklum lah, gak ada transportasi ke Bandung pada jam segini. Di perjalanan, saya sempat tertidur untuk beberapa saat karena mata saya belum terpejam karena harus mempersiapkan itinerary.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama satu setengah jam, tibalah kami di bandara Husein Sastranegara, Bandung. Bandaranya juga terlihat masih sepi. Maklum lah, penerbangan pertama aja mulainya sekitar jam 5 pagi. Setibanya di sana, kami langsung menuju ke ruang tunggu bagian luar. Saya pun pergi ke toilet untuk buang air kecil.

Karena bandara belum dibuka, saya menggunakan toilet di bagian luar bandara Husein Sastranegara (dekat teminal kedatangan). Kesan pertama saya menggunakan toilet tersebut benar-benar kurang nyaman. Gak ada tempat menyimpan tas ataupun gantungan di dalamnya. Bahkan, salah satu pintunya pun ada yang gak bisa dikunci. OMG!!! I really hate its toilet.

Tak lama berselang, bandara pun mulai dibuka. Satu per satu penumpang pun mulai masuk ke area check-in counter. Akhirnya, kami berpisah dengan kakak ipar saya di depan pintu masuk. Setelah melakukan proses check-in, kami pun langsung duduk di ruang tunggu. Iseng-iseng saya pengen tahu toilet di bagian dalam bandara. Emhhh!!!! Yang ini agak lebih baik. Hanya saja, tissuenya yang gak ada.

Setelah itu, kami pun langsung diperintahkan ke gerbang keberangkatan di lantai 2. Sambil menunggu boarding, saya sempatkan dulu melaksanakan ibadah sholat di lantai 2. Mushola-nya pun sangat kecil dan hanya bisa menampung beberapa orang saja. Kayaknya ni bandara perlu pembenahan deh!!! Tapi, uniknya jendela mushola tersebut menghadap langsung ke landasan (khusus mushola pria).

Pesawat yang kami naiki adalah pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ-7912 . Waktu keberangkatannya adalah pukul 05.40 dan tiba di Denpasar sekitar pukul 08.20 WIB. Namun, kami dijadwalkan tiba 10 menit lebih awal sesuai dengan yang tertera di itinerary terbaru yang dikirimkan beberapa hari yang lalu.

Tak lama kemudian, kami pun langsung naik ke dalam pesawat. Pagi itu hujan rintik-rintik. Para penumpang pun bergantian menggunakan payung yang tersedia di bandara. Saya sendiri berjalan ke pesawat tanpa menggunakan payung karena saya harus menunggu giliran. Lagi pula cuma hujan rintik-rintik kok. Di sini juga gak ada aviobridge-nya.
Onboard selfie

Setelah masuk, kami pun langsung mencari tempat duduk kami. Kami duduk di barisan 15ABC. Saya memesan kursi tersebut saat pembelian tiketnya. Harganya sekitar Rp.20.000/seat. Ada pula tempat duduk hot seat yang harganya antara Rp. 95.000-Rp. 120.000 dengan seat pitch yang lebih luas. Bahkan, penumpang hot seat dan hi-flyer adalah penumpang yang mendapat prioritas terlebih dahulu saat naik ke pesawat.
Sesaat setelah take-off

Tak lama kemudian, pesawat pun berangkat. Sesaat setelah take-off, saya melihat pemandangan yang begitu indah. Di kota Bandung itu banyak sekali perbukitan yang menjulang tinggi. Pokoknya indah banget deh!!! Karena waktu itu masih pagi dan cuaca agak sedikit mendung, pemandangannya jadi kurang begitu jelas.

Setelah beberapa menit terbang, pramugari pun mulai membagikan makanan kepada para penumpang. Saya melakukan pre-book (pemesanan di awal) supaya dapat menu yang saya inginkan dan juga lebih hemat 20% dibandingkan dengan membeli langsung di pesawat. Saya sendiri memesan nasi minyak Palembang ala Chef Farah Quinn, sementara ibu dan teman saya memesan nasi kuning Manado.

Nasi Minyak Palembang ala Chef Farah Quinn
Setelah makan, saya pergi ke toilet untuk buang air kecil. Pas keluar dari toilet, banyak orang yang berfoto sama pramugari. Aku juga malah ikut-ikutan foto bareng sama pramugarinya. Hehe... Pramugarinya juga ramah banget.
Foto bareng pramugari


Setelah terbang kurang lebih sekitar 1jam 30 menit (tiba 10 menit lebih awal), tibalah kami di bandar udara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Terdapat perbedaan waktu kurang lebih 1 jam antara Bandung dan Bali. Cuacanya agak sedikit mendung dan baru saja diguyur hujan. Setelah turun, kami sempat berfoto terlebih dahulu sebelum masuk ke terminal kedatangan. Setelah selesai berfoto, kami pun langsung masuk ke gedung terminal kedatangan dan menunggu bagasi kami di conveyor.


Tak lama, sopir yang menjemput kami pun mengirimkan pesan SMS (maklum, HP-nya harus dimatikan kalo naik pesawat). Setelah kami mengambil bagasi kami, akhirnya kami pun melangkah keluar. Di sana, driver kami sudah menunggu untuk menjemput kami. Oh iya, nama drivernya adalah Bli Putu. Usianya sekitar 22 tahun. Kami dijemput dengan menggunakan mobil Toyota Vios.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pura Taman Ayun. Biaya masuknya adalah Rp. 10.000/ wisatawan. Pura ini dibangun sekitar abad ke-17 oleh raja Mengwi. Di bagian sisinya terdapat kolam dengan bunga teratai yang mengapung di atasnya. Bukan cuma itu, di sebelah kanan pintu masuk juga terdapat replika orang yang sedang melakukan sabung ayam. Hal tersebut juga merupakan salah satu kebudayaan di Bali. Satu hal lagi, pura ini juga masuk dalam warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization).
Me & Mom at Taman Ayun Temple

Setelah mengunjungi Pura Taman Ayun, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Beratan yang terletak di kawasan Bedugul. Ada hal yang unik dari nama Bedugul sendiri. Nama Bedugul diambil dari kata "bedug" dan "kul". Bedug adalah alat yang biasa digunakan untuk menandakan waktu sholat, sedangkan kul adalah alat kentongan yang terbuat dari kayu yang sering kita lihat di pos ronda. Versi yang lainnya adalah ketika ada seorang raja yang mandi di danau Beratan dan maaf "anunya kelihatan", maka jadilah nama Bedugul.
Sepanjang Perjalanan Menuju Bedugul

Sepanjang perjalanan menuju ke Bedugul, kami disuguhi dengan pemandangan perbukitan yang sangat indah. Bahkan sebagian terlihat masih asri. Di kawasan ini juga banyak sekali warga yang beragama muslim. Bahkan, ada banyak restaurant halal yang tersedia di kawasan ini. Mata pencaharian utama di kawasan ini adalah bertani buah strawberry karena letak geografisnya yang berada di atas ketinggian.
Warga Bali Bersiap Untuk Sembahyang

Setelah tiba di danau Beratan, kami pun langsung berjalan-jalan di sekitar danau Beratan. Biaya tiket masuk ke tempat wisata Danau Beratan adalah Rp. 10.000/ wisatawan domestik, dan Rp. 30.000/ wisatawan asing. Ada hal yang unik dari Danau Beratan ini, Pura Ulundanu yang dibangun di sisi danau Beratan dibangun seolah-olah mengambang di atas air. Bahkan, pura ini juga dicetak di lembaran uang kertas Rp. 50.000 warna biru. Anda juga bisa berkeliling danau dengan menggunakan perahu yang tersedia dengan tambahan biaya.
Pura Ulundanu

Setelah selesai mengunjungi danau Beratan, kami langsung melanjutkan perjalanan kami kembali. Karena waktu dzuhur sudah tiba, saya dan ibu saya melaksanakan sholat dzuhur di masjid yang berada persis di seberang danau Beratan. Untuk mencapai ke masjid ini, kami harus meniti puluhan anak tangga karena letaknya yang berada di pinggir tebing. Dari masjid ini juga terlihat hamparan danau Beratan. Begitu pula sebaliknya, dari danau Beratan juga kita bisa melihat masjid ini.

Setelah melaksanakan sholat dzuhur, kami melanjutkan perjalanan kami menuju ke Alas Kedaton. Sebelum itu, kami sempat mampir dulu di restaurant Saras. Karena sedang di Bali, saya tidak mau ketinggalan untuk mencicipi makanan khas Bali. Saya memesan bebek betutu (khas Bali), sup asparagus, dan ayam bakar lengkap dengan sambal matah. Minumannya juga saya memesan jus strawberry yang memang banyak tersedia di Bedugul. Setelah makan siang di restaurant Saras, kami langsung melanjutkan perjalanan kami menuju ke Alas Kedaton.
Alas Kedaton

Sesampainya di Alas Kedaton, kami langsung disambut oleh guide khusus untuk wisata di area Alas Kedaton. Biaya tiket masuknya adalah Rp. 10.000. Alas Kedaton merupakan tempat hunian ribuan kera. Di Alas Kedaton sendiri ada salah satu pura yang hanya dibuka pada waktu tertentu saja. Uniknya lagi, guidenya itu adalah pemilik toko yang berjejer di area Alas Kedaton. Setiap pemilik toko, mempunyai antrian masing-masing untuk memandu wisatawan.

Dengan berbekal tongkat kayu kecil, guidenya membimbing kami untuk berkeliling. Guidenya merupakan guide yang sudah cukup terlatih, mereka juga sudah mengenal karakter kera-kera yang ada di area Alas Kedaton. Sebelum kami masuk ke bagian dalamnya, guide kami menawarkan untuk membeli kacang tanah untuk diberikan kepada para kera supaya mereka mau mendekat.

Pas kami masuk, para kera sudah menyambut kami. Bahkan beberapa dari mereka memegangi tangan kami untuk meminta kacang. Gelinya lagi, ada pula yang sampai naik ke atas pundak. Pokoknya seru deh! Awalnya sih agak takut, tapi akhirnya terbiasa juga. Guide kami bilang biarkan mereka yang menyentuh kita, asalkan kitanya jangan nyentuh mereka karena mereka bisa merasa terancam dan marah.

Di samping kiri dan kanan juga terdapat hutan yang lebat yang memang menjadi tempat hunian para kera. Di sini juga kita bisa berfoto dengan kelelawar. Bahkan tersedia juga aksesoris mahkota pilihan sesuai dengan yang kita inginkan. Biaya fotonya sekitar Rp. 20.000. Tenang, kelelawarnya udah jinak kok! Tapi, kalo mau foto pake kamera sendiri juga bisa kok!
Alas Kedaton

Setelah berkeliling, guide kami memandu kami ke tokonya dan menawarkan souvenir khas Bali. Selama menemani berkeliling, guide kami harus menutup tokonya supaya tidak diobrak-abrik oleh para kera. Tokonya hanya dibuka ketika dia menunggu antrian untuk menjadi guide para pengunjung. Setelah berbelanja souvenir, kami langsung melanjutkan perjalanan kami ke Tanah Lot.

Sesampainya di Tanah Lot, kami langsung menuju ke hotel Coco untuk check-in. Hotel Coco sendiri berada di dalam kawasan tempat wisata Tanah Lot. Saya lupa berapa harga tiket masuk ke area Tanah Lot. Setelah check-in, saya langsung berkeliling area Tanah Lot. Sementara itu, supir kami langsung pulang dan akan menjemput kami keesokan harinya. Kali ini saya hanya berkeliling berdua dengan teman saya karena ibu saya kelelahan setelah seharian berkeliling.
Coco Hotel Swimming Pool

Tempatnya ramai banget karena berbarengan dengan acara melihat sunset. Selain itu, kita juga bisa melihat ular suci yang berada di gua di bibir tebing dekat pantai. Sayangnya, kalau ingin ke Pura Luhur Tanah Lot kita harus menyebrangi pantai yang terendam air. Bukan cuma itu, yang boleh ke Pura Luhur hanya orang yang memakai pakaian adat dan yang ingin sembahyang saja.
Sunset View at Tanah Lot

Setelah selesai melihat Pura Luhur Tanah Lot, kami menuju ke Pura Batu Bolong yang letaknya masih di kawasan Tanah Lot. Ngeri juga sih tempatnya. Soalnya gak ada pagar pengamannya. Pokoknya harus hati-hati kalo datang ke sini. Apalagi kalau bawa anak kecil. Walaupun begitu, tempat ini wajib dikunjungi.

Setelah selesai ke Pura Batu Bolong, saya dan teman saya pergi untuk menonton tari Kecak (masih di kawasan Tanah Lot). Biaya untuk menonton pertunjukan tari Kecak adalah Rp. 50.000. Pertunjukan tari Kecak dimulai menjelang sunset hingga selesai. Tempat duduk para penonton juga dibuat melingkar. Lighting-nya juga dirancang sedemikian rupa.

Setelah selesai menonton tari Kecak, kami berdua langsung kembali ke hotel. Malamnya, kami makan malam di hotel Coco. Saya dan teman saya makan di lounge, sementara ibu saya memilih makan di kamar. Setelah selesai makan malam, kami diminta untuk memilih menu sarapan untuk besok (sudah termasuk dalam biaya kamar). Oh iya, hotel ini hanya menyediakan continental breakfast.

Kamarnya sendiri cukup luas. Kami bertiga tidur dalam 1 kamar dengan extra bed (extra charge) karena teman saya gak mau tidur sendiri. Saya tidur bersama ibu saya, sedangkan teman saya menggunakan extra bed. Kamarnya juga dilengkapi dengan WiFi dan safe deposit box. Selain itu, kamar mandinya juga dilengkapi dengan bathtub dan shower.

09 Februari 2014

Keesokan harinya, saya langsung kembali mengeksplorasi kawasan Pura Tanah Lot. Kali ini tempatnya masih sepi. Maklumlah, saya dan teman saya jalan sekitar pukul 06.00 WITA. Di sinilah letak kenikmatannya. Kita bisa mendengarkan deburan ombak tanpa harus terganggu oleh suara orang yang berlalu-lalang. Bahkan, kita bisa berfoto tanpa harus malu bergaya dan terganggu dengan orang lain.
Pura Luhur Tanah Lot

Setelah selesai, kami pun langsung kembali ke hotel untuk persiapan check-out. Drivernya saya minta untuk menjemput sekitar pukul 10.00 WITA. Setelah supir kami tiba, kami langsung bergegas dan melakukan proses check-out. Sebelum meninggalkan hotel, saya sempat mengisi kertas komentar yang diberikan oleh resepsionis. Kali ini saya dijemput dengan mobil Toyota Avanza karena mobil Toyota Vios sebelumnya adalah milik bosnya yang terpaksa harus dipakai karena banyak yang order sewa mobil.
Hotel Coco

Tujuan kami hari ini adalah ke Tanjung Benoa. Sebelum ke Tanjung Benoa, kami mampir dulu ke pusat oleh-oleh khas Bali. Sesuai dengan rekomendasi driver kami, kami mengunjungi Krisna. Toko ini cukup terkenal di Bali. Bahkan toko ini mengadakan undian juga yang hadiah utamanya mobil. setiap pembelanjaan Rp.100.000 akan mendapatkan 1 kupon undian (berlaku kelipatan).
Pelayannya Saya Foto

Di Krisna, saya membeli cemilan khas Bali dan souvenir yang bertuliskan Bali juga. Tenang saja!!! Meskipun tokoknya besar dan lebih mirip kayak supermarket, harganya tetep miring kok! Di sini tersedia berbagai macam souvenir mulai dari kaos, gantungan kunci, hingga perhiasan yang terbuat dari perak. Bukan cuma itu saja, di sini juga kita bisa meminta jasa packing (dengan biaya tambahan) supaya memudahkan kita untuk membawa barangnya. Bahkan, ada stiker name tag-nya juga lho!!!

Setelah selesai shopping, kami langsung mampir ke restaurant 168 Japanese Restaurant untuk makan siang. Maklum, beberapa hari yang lalu saya beli voucher makan online (diskon) untuk makan di restaurant ini. Agak aneh juga sih makan di restaurant ini, soalnya rata-rata pengunjungnya adalah orang Jepang dan Korea. cuma pelayannya aja yang orang Indonesia. Haha... Mungkin cuma kebetulan aja gak ada orang Indonesia-nya.
168 Japanese Restaurant

Konsep restauran ini adalah "All You Can Eat" alias buffet. Bahkan soft drink-nya pun diberikan secara cuma-cuma. Hanya minuman beralkohol saja yang dikenakan biaya tambahan. Meja makannya pun hampir sama kayak di Jepang. Kita masak sendiri dengan menggunakan tungku yang terdapat di masing-masing meja. Tapi, anda juga tak perlu khawatir!! Kita juga bisa kok memilih makanan yang sudah matang tanpa harus repot memasaknya.

setelah selesai makan siang, kami langsung meluncur ke Tanjung Benoa. Rute yang kami lalui adalah dengan melewati tol Mandara yang dibangun di atas laut. Pokoknya, tolnya keren abis deh!!! Oh iya, designer-nya juga orang Bali asli lho!!!! Berbeda dengan tol pada umumnya, tol ini langsung menerapkan bayar tol ketika kita masuk gerbang tol. Jadi gak ada sistem ambil tiket, kemudian bayar di pintu keluar. Tarif tolnya sekitar Rp. 10.000.
Tol Mandara

Tak lama kemudian, tibalah kami di Tanjung Benoa. Di sana, saya dan teman saya langsung bermain watersport. Sedikit tips dari saya, pesanlah dimuka untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Tadinya, kami memesan untuk parasailing dan diving. Namun, parasailing tidak bisa dilakukan karena anginnya kurang bagus. Akhirnya, kami memutuskan untuk menggantinya dengan Flying Fish. Oh iya, di sini juga sedang diadakan prosesi penaburan abu orang yang sudah meninggal ke ke laut. Jadi, kami harus tetap tenang dan gak boleh terlalu berisik.

Aktifitas pertama yang kami lakuakan adalah flying fish. Kegiatan ini diawali dengan naik ke atas boat dengan posisi badan dalam keadaan berbaring. Setelah itu, akan ditarik soleh speed boat sampai melayang di udra layaknya seperti sedang menerbangkan layangan. Pokoknya keren abis deh!!! Kami pun melakukannya hingga 2 kali.

Setelah selesai bermain flying fish, dilanjutkan dengan aktifitas diving. Ini adalah pertama kalinya saya diving. Sedikit takut sich, tapi mereka berusaha membuat saya tetap tenang. Kami pun harus berganti pakaian kami dengan pakaian khusus diving. Pakaiannya agak sedikit ketat. Selain itu, mereka memberikan plastik berisi roti tawar untuk menarik minat ikan supaya datang mendekat.

Aktifitas diving-nya sendiri dilakukan di tengah laut dengan kedalaman sekitar 7 meter di bawah permukaan laut. Sebelum menyelam, kami juga diajarkan terlebih dahulu beberapa teknik menyelam dan sandi-sandi ketika menyelam nanti. Setelah briefing selesai, aktifitas pun dimulai. Jangan khawatir, meskipun anda tidak bisa menyelam, pemandunya akan selalu menemani dan menuntun ke tempat mana saja yang harus dituju.
Persiapan Diving

Setelah sampai di tempat di mana di situ sudah dirancang untuk pegangannya, kami pun langsung memulai memberi makan ikan dengan roti tawar yang kami bawa tadi. Oh iya, jangan lupa ya untuk selalu berpeganyan. Karena di dalam laut juga ada arus airnya yang bisa menghempaskan kita. Di dalam air, kami juga sempat mengabadikan momen penyelaman kami.
Diving

Setelah selesai menyelam, kami pun langsung kembali ke pantai. Di perjalanan menuju pantai, saya merasa agak mual. Mungkin, mabuk perjalanan kali! Pas sesampainya di pantai dan berganti pakaian, akhirnya saya muntah. Mungkin karena saya terlalu banyak makan ditambah dengan tekanan di bawah laut. Petugasnya pun mencoba untuk membantu saya. Bukan cuma itu, dia juga ngasih kantong plastik karena khawatir bakalan muntah lagi di jalan.

Setelah selesai watersport activity, akhirnya kami berangkat menuju ke bandara. Temen-temen saya yang gak ikut minta oleh-oleh Joger, tapi waktunya gak memungkinkan. Bahkan, saya pun gak sempet singgah di pantai Kuta. Kami menuju ke bandara dengan melewati tol Mandara (tol yang sama ketika menuju ke Tanjung Benoa). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam (macet), akhirnya kami tiba di bandara I Gusti Ngurah Rai. Dan akhirnya, kami pun berpisah dengan driver yang menemani kami selama 2 hari di Bali.
Tiba di Terminal Kedatangan

Setibanya di bandara, kami langsung menuju ke counter check-in. Gila, antriannya banyak banget. Maklum lah, banyak para penumpang yang pulang di sore hari. Di bandara, kami juga sempat berjumpa dengan wisatawan dari Teluk Jambe, Karawang. Haha, akhirnya ketemu juga dengan warga 1 kota. Bukan cuma itu, di bandara juga terdapat replika barong yang biasa dijadikan objek foto. Setelah proses check-in selesai, kami pun langsung menuju ke ruang tunggu.
Check-In

Di bandara I Gusti Ngurah Rai tidak ada lounge yang memberikan fasilitas layanan check-in. Karena, lounge-nya hanya ada di bagian ruang tunggu yang berderet dengan restaurant dan toko souvenir. untuk menuju ke ruang tunggu, kita harus melakukan check-in terlebih dahulu. Tapi, ada 1 lounge yang terdapat di bagian luar yaitu lounge milik maskapai Garuda Indonesia. Lounge ini diperuntukan khusus penumpang Garuda Indonesia. Bahkan ada fasilitas layanan check-in juga (tanpa harus ngantri di counter check-in).

Kali ini, kami menggunakan pesawat Lion Air menuju ke Bandung dengan nomor penerbangan JT-903 dengan waktu keberangkatan pukul 19.40 WITA. Gerbang keberangkatan pesawat kami berada di gerbang nomor 18. Sambil menunggu boarding call, saya memilih untuk menggunakan fasilitas ruang tunggu eksekutif yang ada di sini. Biayanya sekitar Rp. 75.000/ orang. Namun temen saya Rendi mendapatkan layanan gratis karena punya kartu kredit.

Lounge-nya tempatnya terlalu kecil dan bahkan saya harus menunggu giliran tempat duduk. Hhhmmmm.....!!! BT juga sih!!! Tapi, dinikmatin aja lah!!! Tidak banyak pilihan makanan di sini. Pantas saja harganya juga murah! Namun begitu, saya gak mau nyebutin nama lounge-nya. Tak lama kemudian panggilan boarding pesawat kami pun terdengar. Langsung deh kami bergegas menuju ke gerbang nomor 18.

Perlu diingat!!! Rata-rata penerbangan domestik di sini itu menggunakan shuttle bus menuju ke pintu pesawat. Karena aviobridge diprioritaskan untuk penerbangan Internasional. Ingat lho!!! Jangan sampai anda terlambat menuju ke pintu keberangkatan anda. Bisa jadi, anda akan ketinggalan pesawat anda. Bahkan, ketika saya tiba di gerbangnya, waktu itu sudah menggunakan bus ke-2.

Eh, di bis saya ketemu lagi sama orang bule. Lalu, saya minta difoto bareng dia. You know what? Dia adalah mahasiswa yang ikut program exchange di ITB (Institut Teknologi Bandung) selama 1 bulan. kocaknya lagi waktu dia coba ngomong bahasa Indonesia ke saya. Bahasa Indonesianya agak terbata-bata dan bikin saya gak ngerti dengan bahasa negara saya sendiri. Overall, saya salut sama dia yang mencoba belajar bahasa Indonesia.
Foto Bareng Bule

Beberapa menit kemudian, bisnya pun mulai bergerak menuju ke depan pintu pesawat kami. Setelah itu, kami pun langsung masuk ke dalam pesawat. Namun, saya kayaknya salah pilih kursi selaku web check-in. Pesawat yang saya naiki ini berjenis BOEING 737-800 ER. Saya duduk di kursi yang hampir tidak ada kacanya. Maklum lah, ini pertama kalinya saya naik pesawat BOEING. Mau gak mau saya harus duduk di tempat itu. Tak lama kemudian, pesawat kami pun terbang.

Pemandangan malam hari memang sangat indah. Kita bisa melihat cahaya lampu dari bangunan-bangunan dan kendaraan-kendaraan di bawah. Setelah beberapa menit mengudara, saya iseng pergi ke toilet. Di sana saya cuma survey toilet-nya aja. Hehe. Yang saya bingung waktu nyari tombol untuk wastafle-nya. Saya malah salah pencet hingga menyalakan panggilan pramugari *norak*. Akhirnya pramugarinya datang sambil membukakan pintu dari luar (yang saya kunci dari dalam). Untung saya berpakain lengkap. Kalau saya lagi buang air, pasti malunya minta ampun.

Setelah itu, saya minta maaf ke pramugarinya karena salah pencet,. Akhirnya saya kembali ke tempat duduk saya. Setelah kembali ke tempat duduk, saya akhirnya tertidur hingga lampu tanda sabuk pengaman dinyalakan dan pengumuman pendaratan terdengar. Sebelum mendarat, saya melihat pemandangan perbukitan khas Bandung terlihat remang, tapi tol Cipularang terlihat jelas dari atas. Pokoknya indah banget deh! Tak lama kemudian pesawat kami pun mendarat.

Setelah mendarat, kami langsung menuju ke terminal kedatangan dan menunggu bagasi kami di sana. Gila, sumpek banget tempatnya karena sempit. Apalagi conveyor-nya hanya beberapa meter saja. Itu pun tidak dibuat melingkar. Akhirnya, banyak tas yang menumpuk di ujung conveyor. Sampai-sampai, kami kebingungan mencari box oleh-oleh teman saya (dari Krisna) karena banyak box yang sama (banyak yang belanja di Krisna), hanya saja nama di labelnya berbeda.

Setelah mengambil barang-barang kami, akhirnya kami menuju ke pintu keluar dan menunggu kakak ipar saya menjemput. Sambil menunggu, saya pergi ke restaurant cepat saji yang lokasinya di seberang terminal kedatangan untuk membeli minum. Tak lama, kakak ipar saya pun tiba. Akhirnya berangkatlah kami pulang menuju ke kota Karawang. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari kota Bandung, akhirnya tibalah kami di kota Karawang. Sesampainya di rumah, saya langsung tidur karena merasa lelah dan ngantuk.

Selesai.

Mungkin itu saja sob yang bisa saya ceritakan. Semoga cerita saya ini bisa bermanfaat bagi kalian semua.
Terima Kasih.

BERLIBUR KE LOMBOK HAMPIR KETINGGALAN PESAWAT DAN KETINGGALAN KERETA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai sobat traveler semuanya... Di tulisan kali ini saya akan membahas tentang liburan sa...